IHSG Terkoreksi 0,79 Persen, Goldman Sachs Turunkan Peringkat Investasi Indonesia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,79 persen pada Selasa, merespon penurunan peringkat investasi Indonesia oleh Goldman Sachs dari overweight menjadi market weight, di tengah kekhawatiran global.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, 11 Maret 2023, ditutup melemah. Penurunan ini terjadi seiring dengan respon pelaku pasar terhadap penurunan peringkat sejumlah aset investasi di Indonesia oleh Goldman Sachs. Lembaga investasi global tersebut menurunkan peringkat pasar saham Indonesia dari overweight menjadi market weight.
Penurunan IHSG sebesar 52,36 poin atau 0,79 persen ini menempatkan indeks pada posisi 6.545,85. Indeks LQ45, yang melacak 45 saham unggulan, juga turut terdampak, turun 7,85 poin atau 1,06 persen ke posisi 732,03. Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas mencatat penurunan peringkat Goldman Sachs sebagai salah satu faktor penyebab pelemahan IHSG. "Dari internal, tekanan IHSG juga datang tampaknya dipengaruhi pasca Goldman Sachs sebagai Institusi investasi global menurunkan peringkat dan rekomendasi atas aset keuangan di Indonesia, dari overweight menjadi market weight," sebut tim riset tersebut dalam kajiannya.
Keputusan Goldman Sachs ini didorong oleh peningkatan risiko fiskal yang dikaitkan dengan sejumlah kebijakan dan inisiatif pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Goldman Sachs juga mencatat bahwa pasar keuangan Indonesia telah berada di bawah tekanan dalam beberapa bulan terakhir, dipengaruhi oleh sentimen tarif dan perang dagang global, serta pelemahan ekonomi domestik. Kondisi ini telah menyebabkan investor asing mengurangi kepemilikan aset di Indonesia.
Faktor Global Mempengaruhi IHSG
Selain faktor internal, pelemahan IHSG juga dipengaruhi oleh kondisi pasar saham regional Asia yang cenderung melemah. Kekhawatiran akan meningkatnya perang dagang dan potensi resesi ekonomi Amerika Serikat (AS) menjadi faktor utama. Pasar tetap cemas terhadap kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump dan dampaknya terhadap ekonomi global. Perang tarif yang berkelanjutan dan potensi government shutdown di AS meningkatkan kekhawatiran akan resesi.
Presiden Trump sendiri menolak berkomentar mengenai reaksi negatif pasar terhadap kebijakan tarifnya. Sementara itu, di China, pelaku pasar bersikap hati-hati menjelang pengumuman kebijakan utama pasca pertemuan tahunan Dua Sesi. Meskipun pemerintah China diharapkan meningkatkan stimulus fiskal, kekhawatiran atas permintaan domestik yang lemah, tekanan deflasi, dan perang dagang dengan AS masih membayangi prospek ekonomi Tiongkok.
Sepanjang perdagangan, IHSG berada di zona merah. Pada sesi kedua, IHSG tetap melemah hingga penutupan. Dari sektoral, hanya sektor teknologi yang menguat (4,16 persen), sementara sepuluh sektor lainnya mengalami penurunan. Sektor barang baku mengalami penurunan terdalam (3,06 persen), diikuti sektor barang konsumen non primer (2,91 persen) dan barang konsumen primer (2,24 persen).
Pergerakan Saham dan Data Perdagangan
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar antara lain MINA, RELI, MINE, BAIK, dan SONA. Sebaliknya, saham-saham yang melemah signifikan meliputi KAQI, SMDM, DATA, JSPT, dan FAST. Total frekuensi perdagangan mencapai 1.089.000 transaksi, dengan volume perdagangan 19,45 miliar lembar saham senilai Rp9,76 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 212 saham naik, 434 saham turun, dan 311 saham stagnan.
Bursa saham regional Asia juga menunjukkan pergerakan yang beragam. Indeks Nikkei melemah 0,64 persen, indeks Shanghai menguat 0,41 persen, indeks Kuala Lumpur melemah 1,06 persen, dan indeks Straits Times turun 1,88 persen.
Kesimpulannya, pelemahan IHSG merupakan gabungan dari faktor internal, yaitu penurunan peringkat investasi Indonesia oleh Goldman Sachs, dan faktor eksternal, berupa kekhawatiran global terhadap perang dagang dan potensi resesi ekonomi AS. Kondisi ini menunjukkan kompleksitas tantangan yang dihadapi pasar saham Indonesia saat ini.