IHSG Tutup Melemah 1,14 Persen, Ikuti Tren Bursa Asia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,14 persen pada Rabu sore, mengikuti tren negatif bursa saham regional Asia yang juga mengalami penurunan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu sore, 19 Februari 2025, ditutup melemah. Penurunan ini mengikuti tren negatif yang terjadi di bursa saham kawasan Asia. IHSG berakhir di angka 6.794,87, turun 78,68 poin atau 1,14 persen. Penurunan ini juga berdampak pada indeks LQ45 yang turun 21,04 poin (2,62 persen) ke posisi 783,02. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh sentimen global dan domestik terhadap pergerakan IHSG.
Menurut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas, bursa saham regional Asia menunjukkan kinerja yang variatif atau mixed. Sejumlah sentimen negatif turut membebani pasar. Sentimen tersebut berasal dari dalam dan luar negeri, mempengaruhi kinerja IHSG dan pasar saham regional.
Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Februari 2025, menjadi salah satu sentimen domestik yang diperhatikan pelaku pasar. Sementara itu, sentimen eksternal datang dari rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengenakan tarif 25 persen pada mobil, serta bea impor serupa pada semikonduktor dan farmasi.
Sentimen Global dan Keputusan The Fed
Ancaman tarif baru dari AS turut mempengaruhi sentimen pasar. Rencana ini diperkirakan akan diumumkan awal bulan depan dan berpotensi menimbulkan ketidakpastian ekonomi global. Selain itu, pelaku pasar juga bersiap menghadapi rilis laporan risalah rapat The Fed. Pasar memperkirakan The Fed akan tetap berhati-hati dalam memangkas suku bunga lebih lanjut, mengingat inflasi yang masih tinggi.
Beberapa pejabat The Fed, termasuk Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker, Gubernur Michelle Bowman, dan Christopher Waller, menyatakan keyakinan mereka bahwa kekuatan ekonomi dan inflasi yang tinggi menjamin suku bunga kebijakan tetap stabil untuk sementara waktu. Presiden Fed San Francisco Mary Daly juga menegaskan kembali perlunya jeda dalam pemangkasan suku bunga hingga ada kemajuan yang lebih nyata dalam menurunkan inflasi ke target 2 persen.
IHSG dibuka dengan pelemahan dan terus berada di zona merah hingga penutupan sesi pertama dan kedua perdagangan saham. Meskipun demikian, beberapa sektor menunjukkan penguatan. Sektor teknologi memimpin dengan kenaikan 5,61 persen, disusul sektor industri (0,03 persen) dan sektor barang baku (0,25 persen).
Pergerakan Sektoral dan Saham
Sebaliknya, delapan sektor lainnya mengalami penurunan. Sektor keuangan mengalami penurunan paling dalam, yaitu 1,68 persen, diikuti sektor kesehatan (1,06 persen) dan sektor properti (0,88 persen). Saham TAXI, PURI, RANC, KOTA, dan MDRN mencatat penguatan terbesar, sementara DWGL, POLU, EDGE, SMIL, dan ATIC mengalami pelemahan terbesar.
Total frekuensi perdagangan saham mencapai 1.223.000 kali transaksi, dengan volume perdagangan 18,59 miliar lembar saham senilai Rp12,16 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 235 saham naik, 379 saham turun, dan 341 saham stagnan.
Bursa saham regional Asia juga menunjukkan kinerja yang beragam. Indeks Nikkei melemah 0,27 persen, indeks Shanghai turun 0,81 persen, dan indeks Kuala Lumpur melemah 3,96 persen. Namun, indeks Straits Times justru menguat 0,22 persen.
Penurunan IHSG ini mencerminkan dampak dari sentimen global dan domestik yang kompleks. Perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter baik di dalam maupun luar negeri akan terus mempengaruhi pergerakan IHSG di masa mendatang.