IHSG Awal Pekan Terkoreksi 0,78 Persen, Ikuti Tren Melemahnya Bursa Asia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,78 persen pada Senin, mengikuti tren penurunan bursa saham regional Asia di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi AS dan inflasi tinggi.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan perdagangan Senin, 24 Februari 2024, terpantau melemah. Penurunan ini mengikuti tren pelemahan yang terjadi di bursa saham kawasan Asia. IHSG ditutup turun 53,40 poin atau 0,78 persen, berada di posisi 6.749,60. Indeks LQ45, yang melacak 45 saham unggulan, juga mengalami penurunan sebesar 6,78 poin (0,87 persen) ke posisi 769,92.
Pelemahan IHSG ini sejalan dengan sentimen negatif yang melanda pasar saham regional Asia. Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya menjelaskan bahwa penurunan ini disebabkan oleh kekhawatiran akan perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan tingginya inflasi. Indikator ekonomi AS, seperti US PMI Composite yang turun dari 52,7 menjadi 50,4, semakin memperkuat kekhawatiran tersebut.
Penurunan aktivitas bisnis di AS memicu kekhawatiran akan melemahnya permintaan sektor rumah tangga. Ketidakpastian ekonomi global, ditambah dengan rencana kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump yang sebelumnya sempat mengusulkan serangkaian tarif, turut menambah tekanan pada pasar. Situasi ini membuat investor cenderung lebih berhati-hati dalam berinvestasi.
Analisis Pasar dan Kebijakan Moneter
Di sisi lain, pejabat Bank of Japan (BOJ) memberikan sinyal kemungkinan penyesuaian kebijakan moneter jika kondisi ekonomi terus berkembang sesuai antisipasi. Gubernur BOJ Kazuo Ueda menyatakan kesiapan bank sentral untuk bertindak cepat dalam merespons pergerakan pasar yang abnormal, termasuk melalui operasi pasar terbuka.
Di tengah situasi global yang penuh tantangan, pemerintah Indonesia melalui Presiden Prabowo Subianto meluncurkan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara). Pelaku pasar berharap pembentukan BPI Danantara dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian domestik, mendorong persaingan yang sehat, dan bebas dari korupsi.
Namun, harapan tersebut juga diiringi dengan sejumlah pertanyaan dan pro kontra. Pasar menantikan bukti nyata bahwa pembentukan BPI Danantara sejalan dengan tujuan pemerintahan Prabowo Subianto dan mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian Indonesia.
Pergerakan IHSG Sepanjang Perdagangan
IHSG dibuka dengan penguatan, namun kemudian berbalik arah dan bergerak ke zona negatif hingga penutupan sesi pertama. Tren negatif ini berlanjut hingga penutupan perdagangan saham. Dari data Indeks Sektoral IDX-IC, empat sektor mengalami penguatan, dipimpin oleh sektor teknologi (7,42 persen), diikuti sektor transportasi & logistik (1,20 persen) dan sektor industri (0,09 persen).
Sebaliknya, delapan sektor lainnya mengalami penurunan. Sektor infrastruktur mengalami penurunan terdalam (-2,12 persen), disusul sektor barang baku (-1,76 persen) dan sektor energi (-1,53 persen). Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar antara lain IMJS, INET, DWGL, ELIT, dan EDGE, sementara saham dengan pelemahan terbesar meliputi OBAT, BTEK, CMNP, KREN, dan HADE.
Total frekuensi perdagangan mencapai 1.199.000 transaksi, dengan volume saham diperdagangkan sebanyak 32,36 miliar lembar senilai Rp12,16 triliun. Tercatat 248 saham naik, 365 saham turun, dan 342 saham stagnan.
Perbandingan dengan Bursa Saham Regional
Sebagai perbandingan, berikut pergerakan beberapa indeks bursa saham regional Asia pada penutupan perdagangan Senin: Indeks Nikkei menguat 0,00 persen ke 38.776,94, indeks Shanghai melemah 0,18 persen ke 3.373,03, indeks Kuala Lumpur melemah 0,43 persen ke 1.584,25, dan indeks Straits Times melemah 0,06 persen ke 3.927,75.
Secara keseluruhan, pelemahan IHSG pada awal pekan ini mencerminkan sentimen global yang masih dibayangi oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi AS dan inflasi tinggi. Namun, peluncuran BPI Danantara diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.