IHSG Ditutup Melemah 1,42 Persen, Sektor Properti Tertekan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,42 persen pada Kamis (8/5) dipimpin oleh pelemahan sektor properti, di tengah penurunan cadangan devisa dan antisipasi penurunan suku bunga Bank of England.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, 8 Mei 2025, ditutup melemah. Penurunan tersebut dipimpin oleh saham-saham sektor properti, yang mencatatkan kinerja terburuk di tengah berbagai sentimen pasar. Penurunan IHSG ini memberikan gambaran terkini tentang kondisi pasar saham Indonesia.
Secara keseluruhan, IHSG ditutup melemah 98,48 poin atau 1,42 persen, berada di posisi 6.827,75. Indeks LQ45, yang melacak 45 saham unggulan, juga ikut tertekan, turun 13,29 poin atau 1,71 persen ke posisi 763,76. Kondisi ini menunjukkan adanya tekanan jual yang cukup signifikan di pasar.
Analis pasar memberikan berbagai penjelasan mengenai penyebab pelemahan IHSG. "Kondisi secara teknikal yang sudah overbought, serta data cadangan devisa yang turun memicu terjadinya profit taking setelah IHSG mengalami reli sekitar sebulan terakhir," ujar Senior Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan di Jakarta, Kamis. Pernyataan ini menggarisbawahi faktor teknikal dan sentimen makro yang memengaruhi pergerakan IHSG.
Faktor Penurunan IHSG: Devisa dan Antisipasi Kebijakan Moneter
Salah satu faktor utama yang memengaruhi pelemahan IHSG adalah penurunan cadangan devisa Indonesia. Data yang dirilis menunjukkan penurunan cadangan devisa pada periode April 2025 dari 157,1 miliar dolar Amerika Serikat (AS) menjadi 152,5 miliar dolar AS. Ini merupakan level terendah sejak November 2024.
Penurunan ini disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. Meskipun demikian, cadangan devisa tersebut masih cukup untuk memenuhi kebutuhan impor selama 6,4 bulan atau 6,2 bulan impor dan pembiayaan utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standar kecukupan internasional 3 bulan impor.
Selain faktor domestik, pasar juga mencermati perkembangan ekonomi global. Pasar mengantisipasi penurunan suku bunga oleh The Bank of England (BoE) sebesar 25 basis poin menjadi 4,25 persen pada Kamis, 8 Mei 2025. Antisipasi ini muncul di tengah kekhawatiran akan perlambatan ekonomi akibat tarif dan dampaknya terhadap pasar keuangan global.
Inggris juga dilaporkan akan menjadi negara pertama yang menandatangani kesepakatan dagang dengan AS. Perkembangan ini berpotensi memengaruhi sentimen investor dan berdampak pada pergerakan IHSG.
Pergerakan IHSG Sepanjang Perdagangan
IHSG dibuka dengan penguatan, namun kemudian berbalik arah ke teritori negatif hingga penutupan sesi pertama. Tren negatif ini berlanjut pada sesi kedua, sehingga IHSG menutup perdagangan di zona merah. Kondisi ini menunjukkan adanya tekanan jual yang berkelanjutan sepanjang hari perdagangan.
Performa Sektoral
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, hanya dua sektor yang mencatatkan penguatan, yaitu sektor transportasi & logistik (1,02 persen) dan sektor kesehatan (0,62 persen). Sebaliknya, sembilan sektor lainnya mengalami penurunan, dengan sektor properti mengalami penurunan terdalam sebesar 2,61 persen, diikuti oleh sektor barang baku (1,88 persen) dan teknologi (1,43 persen).
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar antara lain DKHH, TGUK, SURI, BEER, dan JATI. Di sisi lain, saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar adalah BATR, PPRI, DMAS, PNSE, dan OPMS. Data ini memberikan gambaran kinerja individual saham di tengah pelemahan IHSG.
Volume Perdagangan
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.622.445 kali transaksi, dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 38,44 miliar lembar saham senilai Rp14,85 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, sebanyak 228 saham naik, 393 saham menurun, dan 184 saham tidak bergerak nilainya.
Perbandingan dengan Bursa Saham Regional
Bursa saham regional Asia menunjukkan kinerja yang beragam. Indeks Nikkei menguat 148,97 poin atau 0,41 persen ke 36.928,63, dan indeks Shanghai menguat 9,33 poin atau 0,28 persen ke 3.352,00. Sebaliknya, indeks Kuala Lumpur melemah 7,16 poin atau 0,46 persen ke 1.542,74, dan indeks Strait Times melemah 17,15 poin atau 0,44 persen ke 3.842,22.
Kesimpulannya, pelemahan IHSG dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik domestik maupun global. Penurunan cadangan devisa dan antisipasi penurunan suku bunga Bank of England menjadi beberapa faktor utama yang menyebabkan investor melakukan profit taking. Kondisi ini perlu dipantau lebih lanjut untuk melihat perkembangan pasar saham Indonesia ke depannya.