IHSG Menguat 0,72 Persen, Ikuti Penguatan Bursa Asia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,72 persen pada Jumat sore, mengikuti tren positif bursa saham regional Asia yang didorong harapan negosiasi perdagangan AS-China.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil ditutup menguat pada Jumat sore, 2 Mei 2025. Penguatan ini mengikuti tren positif yang terjadi di bursa saham kawasan Asia. Kenaikan IHSG sebesar 48,93 poin atau 0,72 persen, membawa indeks ke posisi 6.815,73. Sementara itu, indeks LQ45 juga mengalami kenaikan sebesar 1,84 poin (0,24 persen) dan berada di posisi 763,35.
Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menjelaskan bahwa "Kenaikan IHSG sejalan dengan kawasan bursa regional Asia yang bergerak menguat, dipengaruhi oleh harapan dari hubungan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China." Sentimen positif ini muncul dari sinyal positif mengenai kemungkinan negosiasi perdagangan antara kedua negara tersebut.
Kabar positif datang dari China yang menyatakan sedang mempertimbangkan kemungkinan perundingan perdagangan setelah adanya berbagai upaya penjangkauan dari AS untuk memulai negosiasi tarif. Sebelumnya, China telah mengisyaratkan kesiapan untuk terlibat dalam pembicaraan tersebut. Juru bicara Kementerian Perdagangan China bahkan mengonfirmasi adanya kontak dari pejabat AS melalui saluran resmi untuk memulai negosiasi tarif, yang secara signifikan meningkatkan sentimen pasar global.
Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi IHSG
Selain faktor eksternal berupa perkembangan hubungan perdagangan AS-China, kondisi domestik juga turut mempengaruhi pergerakan IHSG. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi April 2025 sebesar 1,17 persen secara bulanan dan 1,95 persen secara tahunan. Angka ini masih berada dalam target Bank Indonesia (BI), yaitu 1,5 persen hingga 3,5 persen.
Namun, sektor manufaktur Indonesia menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Data Purchasing Managers' Index (PMI) dari S&P Global menunjukkan aktivitas manufaktur berada di level 46,7 pada April 2025, menurun signifikan dari 52,4 pada bulan sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan volume produksi dan pesanan baru, yang berpotensi mengancam terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Kondisi ini membuat pelaku pasar berharap pemerintah akan memberikan stimulus ekonomi, dan Bank Indonesia memberikan ruang untuk pemangkasan suku bunga acuan. Harapan tersebut turut mempengaruhi optimisme pasar saham.
Sepanjang hari perdagangan, IHSG berada di zona hijau, baik pada sesi pertama maupun kedua. Enam sektor mengalami penguatan, dengan sektor barang baku memimpin kenaikan sebesar 1,41 persen, diikuti sektor infrastruktur (21,24 persen) dan properti (0,93 persen). Sebaliknya, lima sektor mengalami penurunan, dipimpin oleh sektor barang konsumen primer (-0,66 persen).
Pergerakan Saham dan Aktivitas Perdagangan
Beberapa saham mencatat penguatan signifikan, di antaranya JATI, UNTD, KONI, LEAD, dan DKFT. Di sisi lain, saham-saham seperti SMIL, NAIK, PAMG, MEJA, dan NINE mengalami pelemahan. Total frekuensi perdagangan mencapai 1.182.274 transaksi, dengan volume perdagangan 20,12 miliar lembar saham senilai Rp11,87 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 315 saham naik, 305 saham turun, dan 187 saham stagnan.
Perbandingan dengan Bursa Saham Regional
Penguatan IHSG sejalan dengan tren positif di bursa saham regional Asia. Indeks Nikkei (Jepang) menguat 1,04 persen, indeks Strait Times (Singapura) naik 0,33 persen, dan indeks Kuala Lumpur (Malaysia) meningkat 0,15 persen. Namun, indeks Shanghai (China) mengalami pelemahan sebesar 0,23 persen.
Secara keseluruhan, kinerja IHSG pada Jumat, 2 Mei 2025, menunjukkan tren positif yang dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa harapan negosiasi perdagangan AS-China dan faktor internal berupa data inflasi yang masih terkendali. Namun, pelemahan di sektor manufaktur menjadi perhatian tersendiri dan membutuhkan langkah strategis dari pemerintah dan Bank Indonesia.