Impor Tekstil Tiongkok Anjlok 36,6 Persen, Surplus Perdagangan RI dengan AS Melonjak
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan penurunan signifikan impor tekstil dari Tiongkok, diiringi surplus perdagangan Indonesia-AS yang meningkat pesat pada Februari 2025.

Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini mengumumkan kabar mengejutkan terkait impor tekstil dan produk tekstil (TPT). Impor TPT dari Tiongkok, salah satu negara pemasok utama Indonesia, mengalami penurunan drastis. Penurunan ini terjadi pada bulan Februari 2025, dengan dampak signifikan terhadap neraca perdagangan Indonesia.
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, memaparkan data tersebut dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin lalu. Ia menjelaskan bahwa penurunan impor TPT dari Tiongkok mencapai 141,1 juta dolar AS atau setara dengan 36,6 persen jika dibandingkan dengan bulan Januari 2025. Penurunan ini menjadi yang terbesar secara bulanan dari seluruh negara asal impor TPT.
Secara keseluruhan, impor TPT Indonesia pada Februari 2025 tercatat sebesar 606,8 juta dolar AS, menunjukkan penurunan 20,74 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan impor TPT dari Tiongkok ini berdampak positif terhadap upaya pemerintah dalam mendorong industri tekstil dalam negeri.
Tren Positif Ekspor dan Surplus Perdagangan
Meskipun impor TPT mengalami penurunan, kabar baik datang dari sektor ekspor. Ekspor TPT Indonesia pada Februari 2025 mencapai 1,02 miliar dolar AS. Amerika Serikat menjadi negara tujuan ekspor terbesar, dengan nilai mencapai 17,4 juta dolar AS atau naik 4,13 persen dibandingkan Januari 2025. Kenaikan ini menunjukkan peningkatan daya saing produk TPT Indonesia di pasar internasional.
Lebih lanjut, BPS mencatat surplus perdagangan yang signifikan antara Indonesia dan Amerika Serikat pada bulan Februari 2025, yaitu sebesar 1,57 miliar dolar AS. Kontribusi terbesar berasal dari ekspor mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (291,1 juta dolar AS), pakaian dan aksesoris rajutan (215,0 juta dolar AS), dan alas kaki (207,7 juta dolar AS).
Data ini menunjukkan tren positif dalam kinerja ekspor Indonesia, khususnya di sektor TPT. Hal ini menunjukkan potensi besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui peningkatan daya saing produk nasional.
Investasi di Sektor Tekstil Meningkat
Kabar positif lainnya datang dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Kemenperin mencatat adanya lonjakan investasi di sektor tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki domestik. Pertumbuhan industri ini masing-masing mencapai 0,09 persen, 5,78 persen, dan 6,83 persen pada tahun 2024.
Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin, Rizky Aditya Wijaya, menjelaskan bahwa realisasi investasi pada tahun 2024 mencapai Rp39,21 triliun, meningkat 31,1 persen dibandingkan tahun 2023 yang hanya Rp29,92 triliun. Peningkatan investasi ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek positif industri tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki di Indonesia.
Lonjakan investasi ini menjadi indikator kuat pertumbuhan sektor industri TPT di Indonesia. Hal ini menunjukkan potensi besar bagi penyerapan tenaga kerja dan peningkatan perekonomian nasional.
Kesimpulannya, penurunan impor TPT dari Tiongkok dan peningkatan ekspor serta investasi di sektor tekstil menunjukkan tren positif bagi industri TPT Indonesia. Hal ini menandakan potensi pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan perlu terus didukung oleh pemerintah melalui kebijakan yang tepat.