Indonesia Tekankan Pendekatan Holistik untuk Pengendalian TB
Kementerian Kesehatan Indonesia menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam menangani Tuberkulosis (TB), yang meliputi aspek fisik dan mental pasien untuk pengobatan yang lebih efektif.

Jakarta, 25 Maret (ANTARA) - Penanganan Tuberkulosis (TB) membutuhkan pendekatan holistik yang juga mempertimbangkan kesehatan fisik dan mental para penderita TB, menurut Kementerian Kesehatan Indonesia.
"Penderita TB tidak hanya berjuang melawan penyakit fisik, tetapi juga menghadapi beban mental," kata Direktur Pelayanan Kesehatan untuk kelompok rentan Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Selasa.
"Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kesehatan mental mereka sebagai bagian dari pengobatan holistik," tambahnya.
Dampak Psikologis TB yang Signifikan
Menurut Pambudi, TB tidak hanya memengaruhi tubuh pasien, tetapi juga memiliki dampak psikologis yang signifikan. Penelitian menunjukkan bahwa banyak pasien TB mengalami gangguan mental seperti kecemasan dan depresi, yang sering diperburuk oleh stigma sosial, durasi pengobatan yang panjang, dan tekanan ekonomi.
Data menunjukkan bahwa sekitar 42 persen pasien TB di Indonesia mengalami depresi bersamaan dengan tingkat kecemasan yang tinggi, katanya. Faktor-faktor ini dapat memperburuk kesehatan mental mereka dan akhirnya memengaruhi proses pengobatan.
"Stigma di masyarakat sering membuat pasien merasa terisolasi dan sendirian. Banyak yang memilih untuk menyembunyikan penyakitnya karena takut dikucilkan," kata Pambudi.
Integrasi Dukungan Kesehatan Mental dalam Pengobatan TB
Menanggapi hal ini, ia menekankan pentingnya integrasi dukungan kesehatan mental ke dalam pengobatan TB. Pemeriksaan rutin untuk gangguan mental, dukungan psikososial, dan pelatihan petugas kesehatan untuk mengenali masalah kesehatan mental adalah beberapa langkah yang telah diusulkan untuk mengatasi dampak psikologis TB.
Selain itu, tekanan keuangan yang dihadapi pasien tidak boleh diabaikan, katanya. Pambudi menjelaskan bahwa banyak pasien TB, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil atau menghadapi kondisi ekonomi yang sulit, kesulitan mengakses layanan kesehatan yang mereka butuhkan.
Ia mengatakan bahwa dukungan keuangan atau program pemberdayaan ekonomi dapat membantu meringankan beban mereka. "Pendekatan ini akan memastikan bahwa pasien tidak hanya pulih secara fisik tetapi juga dapat mengatasi tantangan psikologis mereka," jelas Pambudi.
Gerakan Nasional untuk Akhiri TB
Melalui 'GIATKAN: Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis dengan Komitmen dan Aksi Nyata,' yang dibayangkan dalam kerangka Hari Tuberkulosis Sedunia, TB harus ditangani dengan pendekatan yang lebih inklusif, yang mengintegrasikan perawatan fisik dan mental, tambahnya.
Dalam pendekatan ini, masyarakat dan petugas kesehatan diharapkan untuk berkolaborasi untuk mengurangi stigma sosial, memberikan dukungan psikososial, dan memastikan bahwa pasien TB menerima perawatan yang komprehensif, baik fisik maupun mental. "Dengan cara ini, Indonesia dapat mengakhiri wabah TB secara lebih efektif dan memberikan harapan baru bagi penderita TB," tambah Pambudi.
Kesimpulan: Pendekatan holistik yang memperhatikan kesehatan fisik dan mental pasien TB sangat krusial dalam upaya Indonesia untuk memberantas penyakit ini. Dukungan psikososial, pengentasan stigma sosial, dan bantuan ekonomi menjadi kunci keberhasilan program pengendalian TB yang komprehensif.