Investor Saham di Bali Melonjak 22%, Sentuh Rp5,2 Triliun
OJK mencatat peningkatan signifikan jumlah investor saham di Bali hingga 22,25% pada periode Januari-November 2024, mencapai 141.000 investor dengan total nilai kepemilikan saham Rp5,2 triliun.

Investor Saham Bali Naik Drastis
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat lonjakan jumlah investor saham di Bali. Dari data Januari hingga November 2024, tercatat sebanyak 141.000 investor, meningkat 22,25% dibandingkan periode yang sama tahun 2023 (sekitar 110.000 investor). Kenaikan ini cukup signifikan dan menunjukkan peningkatan minat masyarakat Bali dalam berinvestasi di pasar modal.
Nilai investasi yang dikendalikan investor Bali juga mengalami pertumbuhan. Total nilai kepemilikan saham mencapai Rp5,2 triliun, atau tumbuh sebesar 16% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bukan hanya jumlah investor yang bertambah, tetapi juga nilai investasi yang semakin besar.
Tidak hanya jumlah investor dan nilai kepemilikan, nilai transaksi saham di Bali juga menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pada periode Januari-November 2024, nilai transaksi mencapai Rp2,6 triliun, meningkat hampir 51% dibandingkan periode yang sama di tahun 2023. Pertumbuhan ini menandakan aktivitas perdagangan saham yang semakin ramai di Bali.
Faktor Pendukung Pertumbuhan Investor
Apa yang mendorong peningkatan signifikan ini? Kemudahan berinvestasi, khususnya bagi generasi muda, menjadi salah satu faktor kunci. Dengan modal awal minimal Rp100.000, generasi muda kini dapat memulai investasi saham. Hal ini membuka akses pasar modal bagi kalangan yang sebelumnya mungkin merasa terhambat karena modal terbatas.
Sosialisasi dan literasi keuangan yang gencar juga berperan penting. Upaya edukasi yang menyasar generasi muda, dilakukan oleh regulator dan lembaga jasa keuangan di Bali, berhasil meningkatkan pemahaman dan minat masyarakat untuk berinvestasi. Program-program inklusi keuangan, seperti yang digagas oleh Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPKAD) Provinsi Bali, juga memberikan kontribusi besar.
Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (Gencarkan) juga berkontribusi dalam meningkatkan pemahaman masyarakat akan produk keuangan. Program edukasi yang masif ini membantu calon investor memahami seluk-beluk investasi saham dan manfaatnya.
Tren Investasi Lainnya di Bali
Selain saham, masyarakat Bali juga menunjukkan minat tinggi pada instrumen investasi lainnya. Jumlah investor reksa dana dan Surat Berharga Negara (SBN) juga meningkat masing-masing sebesar 25,77% dan 22,68%. Hal ini menunjukkan diversifikasi investasi yang semakin beragam di kalangan masyarakat Bali.
Masyarakat Bali juga tergolong gemar menabung di perbankan. Data OJK menunjukkan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan di Bali selama Januari-November 2024 mencapai Rp189,9 triliun, tumbuh 13,30% dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan nominal tabungan sebesar Rp12,1 triliun.
Kesimpulan
Peningkatan jumlah investor saham di Bali menunjukkan tren positif dalam literasi dan inklusi keuangan. Kombinasi kemudahan akses, sosialisasi yang gencar, dan pertumbuhan ekonomi yang positif berkontribusi pada peningkatan minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal. Ke depannya, perlu terus ditingkatkan upaya edukasi dan literasi keuangan untuk memastikan pertumbuhan investasi yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.