OJK Genjot Pemanfaatan Pasar Modal di Bali: Tingkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali gencar meningkatkan literasi dan inklusi pasar modal di Bali, yang masih rendah secara nasional, dengan edukasi dan kolaborasi untuk mendorong investasi di saham, obligasi, dan reksa dana.

Denpasar, 8 Mei 2025 - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali tengah gencar meningkatkan akses dan pemanfaatan instrumen keuangan pasar modal di Pulau Dewata. Hal ini didorong oleh rendahnya indeks literasi dan inklusi sektor pasar modal di tingkat nasional. Upaya ini dinilai penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Bali.
Kepala OJK Provinsi Bali, Kristrianti Puji Rahayu, menyatakan komitmen OJK dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan sektor pasar modal. "Kami terus meningkatkan literasi dan inklusi keuangan sektor pasar modal," ujarnya di Denpasar, Bali, Kamis lalu. Salah satu langkah konkrit yang dilakukan adalah memberikan edukasi kepada para pegawai negeri sipil (PNS) di Kabupaten Gianyar sebagai langkah awal di tahun ini.
Program edukasi ini tidak hanya menyasar PNS. OJK, bersama Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Provinsi Bali, berupaya memperluas akses pemanfaatan produk dan layanan industri keuangan pasar modal bagi seluruh aparatur sipil negara (ASN) di Bali. Kolaborasi ini melibatkan Bursa Efek Indonesia Wilayah Bali dan industri jasa keuangan lainnya yang bergerak di sektor pasar modal.
Literasi dan Inklusi Pasar Modal di Bali
OJK Provinsi Bali, bersama TPAKD, bekerja sama untuk memberikan edukasi tentang produk dan layanan industri keuangan pasar modal. Tujuannya adalah mengajak masyarakat Bali untuk memperluas pilihan investasi melalui kepemilikan saham, obligasi, dan reksa dana. Program edukasi ini direncanakan akan diperluas ke seluruh TPAKD kota/kabupaten di Bali pada tahun 2025.
Rangkaian edukasi yang lebih komprehensif juga akan dilanjutkan. Materi edukasi akan mencakup analisis dan mekanisme transaksi saham atau reksadana, penawaran awal kepada publik (IPO), Securities Crowdfunding, hingga kompetisi trading saham antar-ASN di Provinsi Bali sepanjang tahun 2025. Langkah-langkah ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2025, indeks literasi dan inklusi sektor Pasar Modal masih tergolong rendah, masing-masing sebesar 17,78 persen dan 1,34 persen. Namun, OJK mencatat pertumbuhan positif dalam jumlah investor Pasar Modal di Bali. Pada Januari 2025, tercatat 146.093 Single Investor Identification (SID), meningkat 22,96 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024.
Pertumbuhan Investasi Pasar Modal di Bali
Tren positif juga terlihat pada pertumbuhan investor Reksa Dana dan Surat Berharga Negara (SBN), yang masing-masing tumbuh sebesar 25,47 persen dan 22,71 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Nilai kepemilikan saham di Bali juga mengalami peningkatan yang signifikan, mencapai Rp5,46 triliun atau tumbuh 19,73 persen. Nilai transaksi saham juga meningkat sebesar 9,00 persen menjadi Rp2,4 triliun dibandingkan tahun 2024.
Data ini menunjukkan potensi pasar modal di Bali yang cukup besar. Dengan gencarnya program literasi dan inklusi yang digalakkan OJK, diharapkan semakin banyak masyarakat Bali yang memahami dan memanfaatkan instrumen pasar modal untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Partisipasi aktif dari berbagai pihak, termasuk TPAKD dan industri jasa keuangan, sangat krusial dalam mendorong pertumbuhan pasar modal yang berkelanjutan di Bali.
Ke depannya, OJK akan terus berupaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Bali, sehingga masyarakat dapat lebih bijak dalam mengelola keuangan dan memanfaatkan berbagai instrumen investasi yang tersedia. Dengan demikian, pasar modal dapat menjadi salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Provinsi Bali.