ISNU Dorong Aliansi Global untuk Penguatan Ekonomi Indonesia
Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) mendorong pembentukan aliansi global untuk memperkuat ekonomi Indonesia di tengah disrupsi global dan membangun kemandirian ekonomi bangsa.

Jakarta, 15 Mei 2024 - Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) menyerukan pembentukan aliansi global melalui forum investasi dan perdagangan. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat posisi Indonesia dalam ekonomi global dan membangun kemandirian ekonomi nasional. Inisiatif ini diluncurkan menyusul forum ISNU yang membahas kerjasama internasional dan peluang ekonomi di tengah perubahan tatanan dunia.
Ketua PP ISNU Bidang Investasi, Herry Haryanto Azumi, menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam menghadapi tantangan ekonomi global. "Hari ini dunia tidak bisa lagi bergerak sendirian, harus saling menyambung, harus saling kolaborasi, harus sinergi satu sama lain. Apalagi kita tahu ada disrupsi akibat konflik Palestina, perang dagang, akibat tarif Trump (Presiden Amerika Serikat Donald Trump) dan seterusnya," ujar Herry.
Forum ISNU on Investment, Trade and Global Affairs, yang baru saja diadakan di Jakarta, menjadi wadah untuk membangun kesadaran strategis dalam menjalin kerja sama global dan memanfaatkan peluang ekonomi. Forum ini bertujuan membuka mindset baru tentang interaksi dengan dunia luar dan pemanfaatan berbagai peluang yang tersedia.
Membangun Jaringan dan Wawasan Global
Forum tersebut dihadiri perwakilan dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Inggris, dan Irlandia. Kehadiran perwakilan negara-negara tersebut merupakan bagian dari upaya memperluas jejaring internasional Nahdlatul Ulama (NU).
Herry menjelaskan bahwa forum ini bertujuan untuk membuka wawasan tentang pentingnya interaksi dengan dunia luar dan memanfaatkan setiap peluang dalam lanskap global yang dinamis. Diskusi diawali dengan refleksi pemikiran Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang menekankan pentingnya kerja sama antarkawasan, antarbudaya, dan antarperadaban.
"Jadi kita ingin meningkatkan hubungan Indonesia dengan berbagai negara potensial hari ini, termasuk India, China yang kita tahu merupakan salah satu powerhouse untuk pertumbuhan ekonomi di dunia hari ini," tambah Herry.
Indonesia, menurut Herry, harus memanfaatkan peluang dari disrupsi global, seperti perang dagang dan ketegangan tarif, untuk memperkuat posisinya sebagai aktor solusi global. Indonesia, katanya, layak menjadi pelopor perdamaian dan kesejahteraan, serta membangun koalisi negara selatan atau Global South, seperti semangat Konferensi Asia Afrika.
Inklusi Ekonomi Berbasis Nilai-Nilai NU
Dalam konteks peran keagamaan dan sosial NU, Herry menyatakan forum ini merupakan bagian dari amanah Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, yang terus mengkampanyekan inklusi ekonomi berbasis nilai-nilai Nahdlatul Ulama.
"Sehingga NU ini walaupun dia organisasi sosial, tapi juga bisa memberi manfaat secara ekonomi," jelas Herry. Forum yang bertajuk 'Revisiting Gus Dur’s Notion on the Jakarta–Beijing–New Delhi Axis from the Memory of His International Advisor' juga membahas warisan gagasan geopolitik Gus Dur yang menggagas poros kekuatan baru Asia berbasis kerja sama strategis antara Jakarta, Beijing, dan New Delhi.
Diskusi juga membahas isu-isu strategis terkait investasi, perdagangan, dan hubungan global dalam perspektif ekonomi dan sosial. Para peserta yang hadir terdiri dari cendekiawan, pemikir kebijakan luar negeri, hingga pelaku usaha lintas negara.
Secara keseluruhan, forum ini menekankan pentingnya peran Indonesia dalam kancah ekonomi global dan bagaimana NU dapat berkontribusi dalam membangun kemandirian ekonomi bangsa melalui kerjasama dan aliansi internasional.