ITS Raih Pendanaan Rp6,9 Miliar dari Inggris untuk Riset Iklim Global
Dosen ITS, Prof. Heri Kuswanto, raih pendanaan riset iklim Rp6,9 miliar dari Inggris, fokus validasi model iklim global.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi gemilang di kancah internasional. Kali ini, Prof. Heri Kuswanto, seorang dosen ITS, berhasil meraih pendanaan riset iklim sebesar Rp6,9 miliar dari Advanced Research and Invention Agency (ARIA), sebuah lembaga riset independen yang berbasis di Inggris. Program riset ini diikuti oleh sekitar 120 proposal dari berbagai negara, dan hanya 21 proposal yang terpilih, menjadikan ITS satu-satunya institusi dari Indonesia yang berhasil lolos.
Prof. Heri Kuswanto menjelaskan bahwa riset ini akan berfokus pada pengembangan metode validasi model iklim yang lebih akurat. Penelitian ini sangat penting mengingat perubahan iklim menjadi isu global yang mendesak untuk ditangani. Pendanaan ini menjadi bukti pengakuan dunia internasional terhadap kualitas riset yang dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan Indonesia, khususnya di ITS.
Riset yang berjudul "Towards Robust and Unbiased Validation of SAI Simulations (TRUSS): Advancing Ensemble Calibration for Reliable Geoengineering Impact Analysis" ini menyoroti teknologi Stratospheric Aerosol Injection (SAI) sebagai bagian dari pendekatan Solar Radiation Management (SRM). Tujuan utama dari teknologi ini adalah mengurangi intensitas sinar matahari yang masuk ke bumi untuk menahan laju pemanasan global.
Pengembangan Metode Validasi Model Iklim yang Akurat
Prof. Heri Kuswanto, yang juga menjabat sebagai Dekan Sekolah Interdisiplin Manajemen dan Teknologi (SIMT) ITS, mengungkapkan bahwa penilaian dampak SRM selama ini masih menggunakan rata-rata dari data simulasi. Menurutnya, keragaman antar model sangat tinggi sehingga menyebabkan hasil yang bias. "Selama ini, penilaian dampak SRM masih menggunakan rata-rata dari data simulasi, padahal keragaman antar model sangat tinggi. Ini menyebabkan hasil yang bias," ujarnya.
Untuk mengatasi masalah ini, Prof. Heri mengembangkan konsep TRUSS dengan pendekatan statistik Bayesian Model Averaging (BMA) serta dukungan algoritma machine learning seperti XGBoost. Pendekatan ini diharapkan dapat menghasilkan analisis yang lebih andal dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan iklim global yang lebih tepat sasaran.
Penelitian TRUSS ini akan berlangsung selama tiga tahun dan akan memfokuskan pada kawasan Indonesia dan Asia Tenggara. Cakupan penelitian meliputi analisis dampak SRM terhadap kekeringan, curah hujan ekstrem, dan indeks iklim relevan. Validasi akan dilakukan menggunakan data historis untuk memastikan akurasi dan reliabilitas hasil penelitian.
Kolaborasi Global dan Dampak SDGs
Dalam pelaksanaan riset ini, Prof. Heri Kuswanto tidak bekerja sendiri. Ia berkolaborasi dengan pakar iklim global, yaitu Dr. Daniela Visioni dari Cornell University, AS, dan Dr. Matthew Henry dari Inggris. Selain itu, dua dosen Statistika ITS serta lima mahasiswa dari bidang informatika dan statistika juga turut dilibatkan dalam penelitian ini.
Keterlibatan berbagai pihak dari berbagai negara menunjukkan komitmen ITS dalam membangun kemitraan global untuk mengatasi masalah perubahan iklim. Prof. Heri menambahkan, "Prestasi ini menandakan ilmuwan Indonesia mampu bersaing di level global. Ini juga menguatkan posisi ITS sebagai institusi riset berkelas dunia."
Riset ini juga selaras dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama poin ke-13 tentang penanganan perubahan iklim, serta poin ke-4 dan ke-17 yang mendukung pendidikan berkualitas dan kemitraan global. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya memberikan kontribusi ilmiah, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan secara global.
Keberhasilan Prof. Heri Kuswanto meraih pendanaan riset dari Inggris ini menjadi inspirasi bagi para peneliti di Indonesia untuk terus berkarya dan memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Diharapkan, semakin banyak ilmuwan Indonesia yang mampu bersaing di level global dan membawa dampak positif bagi dunia.