Jembatan Lama Kediri: 156 Tahun Menerjang Sejarah, Butuh Perawatan Bersama
Pemerintah Kota Kediri mengajak masyarakat menjaga Jembatan Lama berusia 156 tahun, sebuah cagar budaya nasional yang menjadi saksi bisu sejarah Kota Kediri.

Jembatan Lama Kota Kediri, sebuah ikon sejarah berusia 156 tahun, kini membutuhkan perhatian bersama. Pemerintah Kota Kediri, melalui Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora), Zachrie Ahmad, mengajak seluruh warga untuk turut serta menjaga kelestarian jembatan bersejarah ini. Jembatan yang telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Tingkat Nasional ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga warisan bersama yang perlu dilindungi untuk generasi mendatang. Perawatan dan pelestariannya menjadi kunci agar Jembatan Lama tetap berdiri kokoh sebagai saksi bisu perjalanan waktu di Kota Kediri.
Zachrie Ahmad menekankan pentingnya kesadaran masyarakat dalam menjaga cagar budaya. "Sebagai warga, kita tidak hanya patut berbangga, tetapi juga memiliki tanggung jawab bersama untuk menjaga dan merawatnya," tegasnya. Jembatan Lama bukan sekadar bangunan tua, melainkan simbol sejarah dan warisan pengetahuan yang berharga. Keberadaannya menyimpan cerita panjang tentang perkembangan Kota Kediri, dari masa kolonial hingga era modern. Oleh karena itu, pelestariannya menjadi tanggung jawab moral seluruh warga Kediri.
Sejarah Jembatan Lama sendiri sangat kaya. Peneliti sejarah Imam Mubarak menjelaskan bahwa pembangunan jembatan ini dimulai pada tahun 1835, bersamaan dengan kedatangan Belanda di Kediri. Awalnya terbuat dari kayu, jembatan ini kemudian direnovasi besar-besaran pada tahun 1912 setelah erupsi Gunung Kelud tahun 1901. Renovasi tersebut meningkatkan ketinggian struktur jembatan untuk mengantisipasi luapan Sungai Brantas. Pembangunan Bendungan Sutami pada tahun 1970 semakin menjamin keamanan jembatan. Pada tahun 1976, jembatan ini bahkan dibongkar total bagian atasnya untuk renovasi, namun bagian pagar tetap dipertahankan keasliannya.
Sejarah dan Perawatan Jembatan Lama
Imam Mubarak, peneliti sejarah Jembatan Lama, menjelaskan detail proses pembangunan dan renovasi jembatan. Ia memaparkan bahwa rencana pembangunan jembatan besi dimulai pada tahun 1855, menjadikannya salah satu karya arsitektur penting pada masanya. "Jembatan ini pernah mengalami renovasi besar pada 10 Maret 1912, pasca-erupsi Gunung Kelud (1.731 meter di atas permukaan laut/ mdpl) tahun 1901. Renovasi dilakukan dengan meninggikan struktur jembatan sekitar 10-12 centimeter untuk mengantisipasi luapan Sungai Brantas," jelasnya. Gus Barok menambahkan bahwa keamanan jembatan semakin terjamin setelah pembangunan Bendungan Sutami pada tahun 1970.
Renovasi berkala terus dilakukan untuk menjaga keamanan dan kelayakan jembatan. Bagian aspal dan kayu geladak secara berkala diganti oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Kediri. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menjaga kelestarian Jembatan Lama. Namun, perawatan yang optimal membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat.
Peran serta masyarakat sangat penting dalam menjaga kebersihan dan mencegah kerusakan pada jembatan. Kesadaran untuk tidak melakukan tindakan vandalisme atau membuang sampah sembarangan di sekitar jembatan juga perlu ditingkatkan. Dengan demikian, Jembatan Lama dapat tetap terjaga keindahan dan keasliannya.
Status Cagar Budaya dan Penggunaannya
Jembatan Lama atau Brug Over Den Brantas Te Kediri telah ditetapkan sebagai cagar budaya sejak tahun 2019. Statusnya semakin diperkuat dengan pengukuhan sebagai Struktur Cagar Budaya Tingkat Nasional oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada tahun 2022. Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga turut menetapkan Jembatan Lama sebagai Cagar Budaya Tingkat Provinsi. Pengakuan ini menunjukkan pentingnya nilai sejarah dan budaya yang terkandung dalam jembatan tersebut.
Menariknya, Jembatan Lama Kediri merupakan jembatan besi pertama di Indonesia, bahkan lebih tua dari Jembatan Brooklyn di Manhattan, Amerika Serikat. Fakta ini semakin mengukuhkan nilai sejarah dan arsitekturnya yang luar biasa. Meskipun demikian, pemanfaatan jembatan ini untuk kendaraan telah dibatasi. Dahulu, jembatan ini menjadi penghubung utama antara wilayah barat dan timur Sungai Brantas. Namun, saat ini, warga lebih banyak menggunakan jembatan baru yang letaknya tak jauh dari Jembatan Lama.
Pembatasan penggunaan kendaraan bertujuan untuk menjaga kondisi jembatan agar tetap terawat. Dengan demikian, Jembatan Lama dapat tetap berdiri kokoh sebagai saksi bisu sejarah, sekaligus menjadi destinasi wisata yang menarik bagi pengunjung yang ingin menyaksikan keindahan dan keunikan arsitektur jembatan tua ini. Pemerintah Kota Kediri berharap agar Jembatan Lama dapat terus dilestarikan dan dijaga kelangsungannya untuk generasi mendatang.
Dengan menjaga Jembatan Lama, kita tidak hanya melestarikan sebuah bangunan tua, tetapi juga menjaga warisan sejarah dan budaya Kota Kediri. Partisipasi aktif dari seluruh warga sangat diperlukan untuk memastikan Jembatan Lama tetap berdiri kokoh dan menjadi kebanggaan masyarakat Kediri selama bertahun-tahun yang akan datang. Mari kita jaga bersama warisan berharga ini.