Kadin Dukung Penuh Pengembangan PLTN di Indonesia: Investasi Menggiurkan dan Energi Bersih
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendukung penuh pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) karena dinilai sebagai investasi menjanjikan dan solusi energi bersih, mendukung target dekarbonisasi.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan dukungan penuh terhadap pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. Dukungan ini diungkapkan oleh Wakil Ketua Umum Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kadin Indonesia, Aryo Djojohadikusumo, di Jakarta pada Selasa, 5 Maret. Langkah ini dinilai sebagai upaya diversifikasi energi nasional dan pencapaian keberlanjutan sektor energi, sejalan dengan tren global dan potensi investasi yang besar.
Aryo Djojohadikusumo menekankan bahwa Kadin mendukung penuh pemerintah dalam mengembangkan PLTN. Hal ini sejalan dengan prioritas pemerintah dalam pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT), sebagaimana disampaikan Presiden Prabowo Subianto. Presiden menilai nuklir sebagai energi terbarukan terbersih, bermanfaat tidak hanya untuk pembangkit listrik, tetapi juga sektor kesehatan dan pertanian.
Dukungan Kadin didasari oleh tren peningkatan investasi PLTN global dan potensi dekarbonisasi industri. Dengan memanfaatkan momentum ini, Kadin dan pemerintah berkolaborasi untuk menarik investasi di sektor EBT dan memperkuat infrastruktur pendukungnya. Hal ini juga selaras dengan rencana kerja Bidang ESDM Kadin Indonesia 2024-2029 yang fokus pada energi baru, terbarukan, dan konservasi energi.
Investasi PLTN: Prospek Menguntungkan dan Skenario Masa Depan
Berdasarkan data Pusat Data Kadin Indonesia Bidang ESDM yang mengutip laporan International Energy Agency (IEA) Januari 2025, investasi nuklir global diproyeksikan terus meningkat. Ada tiga skenario yang diprediksi: Skenario STEPS memprediksi investasi naik menjadi 70 miliar dolar AS per tahun pada 2030; skenario APS menargetkan 120 miliar dolar AS per tahun pada 2030; dan skenario Net Zero Emissions mencapai 150 miliar dolar AS per tahun pada 2030.
Peningkatan kapasitas PLTN juga diprediksi signifikan. Pada 2050, skenario STEPS memperkirakan kapasitas reaktor nuklir mencapai hampir 650 GW, APS lebih dari dua kali lipat, dan Net Zero Emissions mencapai 1.000 GW. Saat ini, lebih dari 410 reaktor beroperasi di 30 negara, menyuplai sembilan persen listrik global, dan diperkirakan akan bertambah menjadi 420 reaktor pada 2025.
Tren global menunjukkan peningkatan pembangunan PLTN, terutama di negara berkembang, banyak menggunakan teknologi dari China dan Rusia. Nuklir dinilai sebagai sumber energi rendah emisi, mampu menghasilkan listrik lebih tinggi dibandingkan energi angin dan surya, serta menghasilkan panas untuk industri dan desalinasi air laut. Sejak 1971, energi nuklir telah mengurangi 72 gigaton emisi karbondioksida.
Kerja Sama Internasional dan Langkah Kadin
Kadin telah memiliki program prioritas pada 2025 untuk inisiatif 'Indonesia Hijau', mempromosikan investasi EBT, menarik investor, dan mendorong pemerintah memberikan insentif. Saat ini, tiga negara telah menawarkan proposal pembangunan PLTN di Indonesia: Amerika Serikat (AS), Rusia, dan China.
Westinghouse Electric Corporation (AS), China National Nuclear Corporation (CNNC), dan Rosatom (Rusia) sedang dalam tahap negosiasi dengan pemerintah Indonesia. Ketiga negara tersebut memiliki keterkaitan dengan anggota Kadin, menunjukkan komitmen serius dalam kerja sama ini. Proses negosiasi bertujuan untuk mencapai kesepakatan terbaik bagi Indonesia.
"Dari tiga negara dan kebetulan tiga-tiganya ini melibatkan anggota Kadin. Ini mitra dari luar negeri yang terlibat dengan anggota kami," ungkap Aryo Djojohadikusumo. "Tiga negara ini sudah berkomunikasi dengan kita, di anggota-anggota Kadin Indonesia sehingga sudah ada pembicaraan yang serius," tambahnya.
Kadin Indonesia mendukung penuh pengembangan PLTN sebagai bagian dari strategi diversifikasi energi dan dekarbonisasi, mempertimbangkan potensi investasi yang besar dan manfaatnya bagi perekonomian dan lingkungan Indonesia. Kerja sama internasional yang terjalin diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan bagi Indonesia dalam pengembangan energi nuklir yang berkelanjutan.