Kado Spesial HUT RI ke-80: Pertamina Luncurkan Bioavtur Minyak Jelantah, Wujud Kemandirian Energi Nasional
Pertamina hadirkan inovasi Bioavtur Minyak Jelantah sebagai kado HUT RI ke-80, menandai langkah besar menuju kemandirian energi dan keberlanjutan lingkungan Indonesia.

Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) telah meluncurkan produk inovatif Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur dengan bahan dasar minyak jelantah. Peluncuran perdana ini dilakukan dari Kilang Cilacap, menandai tonggak penting bagi kemandirian energi nasional. Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Abadi Poernomo menyambut positif langkah ini sebagai kado istimewa Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia.
Inovasi bioavtur dari minyak jelantah ini merupakan upaya konkret Pertamina dalam mencari alternatif energi selain fosil. Produk ini diharapkan dapat menjaga ketahanan energi nasional, mengingat ketersediaan bahan baku minyak jelantah yang melimpah di Indonesia. Penggunaan bioavtur ini juga sejalan dengan target Net Zero Emission (NZE) Indonesia pada tahun 2060.
Uji coba bioavtur ini telah menunjukkan hasil yang menjanjikan, terbukti saat penerbangan Garuda Indonesia rute Jakarta-Semarang tidak mengalami masalah. Ke depannya, bioavtur hasil produksi Green Refinery Kilang Cilacap ini direncanakan akan digunakan dalam penerbangan komersial. Maskapai Pelita Air akan menggunakannya untuk rute Jakarta-Denpasar pada pertengahan Agustus 2025.
Mendukung Kemandirian dan Ketahanan Energi
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Abadi Poernomo, mengapresiasi peluncuran perdana bioavtur dari minyak jelantah sebagai langkah maju Pertamina. Menurutnya, inovasi ini krusial untuk mencapai swasembada energi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Ketersediaan bahan baku minyak jelantah yang melimpah di Indonesia menjadi fondasi kuat bagi ketahanan energi nasional.
Abadi Poernomo menekankan pentingnya konsistensi dalam pemanfaatan bioavtur ini di seluruh bandara di Indonesia. Hal ini untuk memastikan ketersediaan produk secara merata, tidak hanya terbatas pada uji coba. Konsistensi distribusi akan mempercepat adopsi bioavtur sebagai bahan bakar penerbangan utama.
Direktur Utama Kilang Pertamina Internasional, Taufik Adityawarman, menyatakan kebanggaannya terhadap inovasi ini. Ia menyebut pengiriman perdana bioavtur minyak jelantah sebagai bukti nyata karya anak bangsa. Langkah ini secara langsung mendukung kemandirian energi dan keberlanjutan lingkungan di tanah air.
Potensi Bioavtur Minyak Jelantah di Indonesia
Potensi minyak jelantah sebagai bahan baku bioavtur sangat besar, mengingat limbah ini banyak dihasilkan dari rumah tangga maupun industri. Pemanfaatan minyak jelantah tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menciptakan nilai tambah ekonomi. Berbagai negara telah sukses mengimplementasikan penggunaan bioavtur dari sumber serupa.
Meskipun demikian, Abadi Poernomo mengingatkan pentingnya menjaga harga bioavtur dari minyak jelantah agar tidak terlalu jauh berbeda dengan avtur konvensional. Kesenjangan harga yang signifikan dapat menghambat adopsi massal oleh maskapai penerbangan. Stabilitas harga menjadi kunci keberlanjutan program ini.
Kualitas bioavtur produk Pertamina telah teruji dan memenuhi standar penerbangan internasional. Uji coba oleh Garuda Indonesia pada rute Jakarta-Semarang membuktikan keandalan bahan bakar ini. Keberhasilan uji coba ini memberikan keyakinan akan keamanan dan efisiensi penggunaan bioavtur dalam penerbangan komersial.
Langkah Strategis Menuju Net Zero Emission
Pengembangan bioavtur berbahan dasar minyak jelantah merupakan bagian integral dari strategi Pertamina untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) 2060. Bahan bakar ramah lingkungan ini secara signifikan mengurangi emisi karbon di sektor aviasi. Inisiatif ini menunjukkan komitmen Indonesia terhadap keberlanjutan lingkungan global.
Produksi bioavtur ini dilakukan di Green Refinery Kilang Cilacap, sebuah fasilitas yang dirancang untuk menghasilkan produk energi terbarukan. Fasilitas ini menjadi pusat inovasi dalam pengembangan bahan bakar berkelanjutan. Keberadaan Green Refinery memperkuat posisi Indonesia dalam transisi energi bersih.
Rencana penggunaan bioavtur ini oleh Pelita Air untuk rute Jakarta-Denpasar pada pertengahan Agustus 2025 menjadi bukti nyata implementasi. Langkah ini diharapkan dapat menjadi pemicu bagi maskapai lain untuk beralih ke bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Dukungan dari sektor penerbangan sangat penting untuk keberhasilan program NZE.