Kaltim Kembangkan Hortikultura untuk Ekspor dan Tekan Inflasi
Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Kaltim fokus kembangkan pisang gerece, cabai, bawang merah, dan pepaya untuk pasar ekspor dan penuhi kebutuhan dalam negeri serta kendalikan inflasi.

Samarinda, 8 Maret 2025 - Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) gencar mengembangkan komoditas hortikultura unggulan untuk memenuhi permintaan pasar ekspor dan menekan laju inflasi. Salah satu komoditas andalan yang telah menembus pasar internasional adalah pisang gerece, jenis pisang kepok khas Kalimantan yang diminati pasar Amerika Serikat, Pakistan, Malaysia, Singapura, Jepang, dan Iran. Program ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian petani dan ketahanan pangan daerah.
"Tahun ini dan tahun depan ada lima komoditas yang menjadi fokus pengembangan kami, salah satunya adalah pisang yang diekspor ke berbagai negara baik dalam bentuk pisang murni maupun pisang olahan," jelas Kabid Produksi Hortikultura DPTPH Provinsi Kaltim, Kosasih, di Samarinda, Jumat lalu.
Selain mendongkrak devisa negara melalui ekspor, pengembangan hortikultura ini juga diharapkan mampu menekan laju inflasi. Hal ini dikarenakan beberapa komoditas yang dikembangkan merupakan bahan pokok yang selama ini sering mengalami gejolak harga.
Komoditas Unggulan Kaltim
Selain pisang gerece, empat komoditas hortikultura lain yang menjadi prioritas pengembangan DPTPH Kaltim hingga tahun 2026 adalah cabai rawit, cabai besar, bawang merah, dan pepaya. Cabai rawit, cabai besar, dan bawang merah dipilih karena perannya sebagai komoditas utama yang seringkali memicu inflasi. Dengan peningkatan produksi lokal, diharapkan gejolak harga dapat dikendalikan.
Sementara itu, pepaya dipilih karena tingginya permintaan pasar dan potensi ekonomi yang besar bagi petani. DPTPH Kaltim berkomitmen untuk mendukung petani dalam mengembangkan berbagai varietas pepaya unggul.
"Kami terus membantu masyarakat yang ingin mengembangkan berbagai jenis pepaya, karena selain dapat membantu meningkatkan ekonomi petani, juga untuk mendukung pencapaian target produksi hortikultura," tambah Kosasih.
Nilai Tukar Petani (NTP) yang Menjanjikan
Kosasih juga memaparkan bahwa harga jual komoditas hortikultura di Kaltim cukup tinggi dan menarik bagi petani. Hal ini tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) hortikultura yang selalu berada di atas 100. NTP di atas 100 mengindikasikan bahwa petani memperoleh keuntungan.
Sebagai contoh, NTP hortikultura Kaltim pada Desember 2024 sebesar 117,92, naik menjadi 126,57 pada Januari 2025, dan meskipun turun sedikit pada Februari 2025, masih tetap tinggi di angka 124,12. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor hortikultura di Kaltim sangat menjanjikan dan mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
"Untuk NTP hortikultura Kaltim selalu jauh di atas 100, ini berarti harga jual produk hortikultura masih tetap menarik," pungkas Kosasih.
Keberhasilan pengembangan hortikultura di Kaltim tidak hanya berdampak positif bagi perekonomian daerah, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan nasional dan penguatan ekonomi petani. Dengan komitmen dan strategi yang tepat, Kaltim berpotensi menjadi pusat penghasil komoditas hortikultura unggulan di Indonesia.