Kasus HIV/AIDS Tertinggi di Kota Sorong: Distrik Manoi Catat Angka Terbanyak
Data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Sorong menunjukkan Distrik Manoi memiliki kasus HIV/AIDS tertinggi di tahun 2024, dengan total 215 kasus baru tersebar di 10 distrik, dan lebih dari 4000 kasus kumulatif sejak 2004.

Kota Sorong, Papua Barat Daya kembali menjadi sorotan setelah Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Sorong merilis data terbaru mengenai kasus HIV/AIDS. Data yang dirilis pada Minggu, 26 Januari 2024, menunjukkan angka yang mengkhawatirkan, khususnya di Distrik Manoi.
Berdasarkan hasil pemetaan kasus HIV/AIDS di Kota Sorong pada tahun 2024, Distrik Manoi mencatat angka tertinggi dengan 30 kasus baru. Total kasus baru HIV/AIDS di seluruh Kota Sorong mencapai 215 kasus, tersebar di 10 distrik. Angka ini menjadi perhatian serius bagi pihak berwenang.
Distribusi Kasus HIV/AIDS di Kota Sorong (2024)
- Distrik Manoi: 30 kasus
- Distrik Sorong Timur & Sorong Utara: 27 kasus (masing-masing)
- Distrik Malaimsimsa: 25 kasus
- Distrik Sorong Kota: 18 kasus
- Distrik Klaurung: 17 kasus
- Distrik Sorong Barat: 13 kasus
- Distrik Maladumes: 12 kasus
- Distrik Sorong: 11 kasus
- Distrik Sorong Kepulauan: 4 kasus
Data kumulatif dari tahun 2004 hingga 2024 menunjukkan gambaran yang lebih luas. Tercatat 4.016 kasus positif HIV/AIDS, dengan rincian 1.210 kasus stadium HIV pada laki-laki, 1.715 kasus stadium HIV pada perempuan, 619 kasus stadium AIDS pada laki-laki, dan 469 kasus stadium AIDS pada perempuan. Sayangnya, sebanyak 492 orang meninggal dunia akibat terjangkit HIV/AIDS selama periode tersebut.
Rentang usia yang paling terdampak adalah kelompok usia 20-29 tahun, dengan mayoritas kasus (1.735 orang) berasal dari kalangan anak SMA. Metode penularan yang paling dominan adalah melalui hubungan seksual (3.722 kasus), diikuti penularan melalui hubungan homoseksual dan transfusi darah.
Plt Sekretaris KPA Kota Sorong, Jenny Isir, menekankan urgensi penanganan kasus HIV/AIDS di Kota Sorong. "Angka kasus HIV/AIDS di Kota Sorong sangat menonjol," ujar Jenny. "Oleh karena itu, dibutuhkan strategi layanan yang cepat dan tepat, serta dukungan lintas pemangku kepentingan untuk mengendalikan kasus ini secara optimal."
KPA Kota Sorong telah melakukan berbagai upaya konkret, termasuk pengobatan rutin, penyaluran alat kontrasepsi (kondom) di tempat-tempat yang berisiko, serta sosialisasi dan edukasi kepada ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Pemeriksaan rutin bagi penderita infeksi menular seksual (IMS) dilakukan setiap bulan, sementara ODHA diperiksa setiap tiga bulan. Terkait ketersediaan obat ARV (Antiretroviral), Jenny memastikan stok masih mencukupi dan tersedia di beberapa fasilitas kesehatan, seperti Rumah Sakit Sele Be Solu, Rumah Sakit Angkatan Laut, dan 10 puskesmas di Kota Sorong.
Kesimpulannya, angka kasus HIV/AIDS di Kota Sorong, khususnya di Distrik Manoi, membutuhkan perhatian serius dan penanganan yang komprehensif dari berbagai pihak. Kolaborasi dan strategi yang tepat menjadi kunci dalam upaya pengendalian dan pencegahan penyebaran HIV/AIDS di masa mendatang.