Angka Malaria di Sorong Capai 11,72 Persen, Melebihi Target
Dinas Kesehatan Kota Sorong melaporkan angka kejadian malaria tahunan (API) mencapai 11,72 persen, jauh di atas target 1 persen, dengan kasus tertinggi di Distrik Maladumes (74,86 persen) dan berbagai upaya penanggulangan sedang dilakukan.
Kota Sorong, Papua Barat Daya, akhir-akhir ini menghadapi peningkatan signifikan kasus malaria. Dinas Kesehatan setempat melaporkan angka Annual Parasite Incidence (API) mencapai 11,72 persen pada tahun 2024, jauh melampaui target 1 persen yang ditetapkan pemerintah daerah. Kenaikan ini menjadi perhatian serius mengingat sebelumnya angka malaria relatif stabil.
Data Dinas Kesehatan menunjukkan dari 33.784 orang yang diperiksa, sebanyak 3.499 dinyatakan positif malaria. Hal ini menunjukkan peningkatan yang cukup drastis, khususnya sejak akhir tahun 2023. Jenny Isir, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Sorong, menjelaskan peningkatan tersebut dalam sebuah pernyataan di Sorong, Minggu lalu.
Penyebaran kasus malaria di Kota Sorong tidak merata. Distrik Maladumes mencatat angka API tertinggi, yaitu 74,86 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Puskesmas Sorong Barat (9,89 persen), Kepulauan (5,91 persen), Malaimsimsa (5,81 persen), Remu (5,16 persen), Sorong Timur (4,15 persen), Klasaman (3,2 persen), dan Malanu (1,1 persen) juga melaporkan kasus signifikan. Puskesmas Sorong mencatat API 1,9 persen, sementara Malaweli 1,8 persen.
Menurut Jenny Isir, kunci penanganan malaria terletak pada perubahan perilaku hidup sehat masyarakat. Mulai dari menjaga kebersihan rumah hingga lingkungan sekitar, menjadi faktor penting dalam mencegah penyebaran penyakit ini. Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini menjadi fokus utama.
Dinas Kesehatan Kota Sorong telah mengerahkan kader malaria dari 10 puskesmas untuk melakukan sosialisasi pola hidup sehat dan aktif mencari kasus malaria di masyarakat. Kader-kader ini berperan penting dalam menemukan kasus dan merujuk pasien ke puskesmas untuk mendapatkan perawatan medis.
Selain sosialisasi, upaya lain yang dilakukan adalah pengasapan di wilayah dengan kasus malaria tinggi. Namun, pengasapan hanya efektif untuk membunuh nyamuk dewasa, bukan jentik-jentiknya. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan sekitar untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk.
Kesimpulannya, peningkatan kasus malaria di Kota Sorong memerlukan kerja sama semua pihak. Perubahan perilaku hidup sehat masyarakat, dikombinasikan dengan upaya aktif dari Dinas Kesehatan, seperti sosialisasi dan pengasapan, diharapkan dapat menekan angka API malaria dan mencegah penyebaran lebih lanjut. Kebersihan lingkungan tetap menjadi kunci utama dalam pengendalian penyakit ini.