Kasus Pencabulan Ponpes Jaktim: Polisi Buru Korban Lain
Polisi Jakarta Timur mendalami kemungkinan adanya korban lain dalam kasus pencabulan di Pondok Pesantren Ad-Diniyah, Jaktim, setelah lima santri mengaku menjadi korban dua tersangka.

Lima santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Ad-Diniyah, Jakarta Timur, telah melapor menjadi korban pencabulan oleh dua tersangka, MCN dan CH. Namun, Kepolisian Polres Metro Jakarta Timur menduga masih ada korban lain yang belum berani melapor. Hal ini diungkapkan langsung oleh Kapolres Metro Jakarta Timur, Komisaris Besar Polisi Nicolas Ary Lilipaly, pada Selasa, 21 Januari 2024.
Dugaan Adanya Korban Lain
Polisi kini tengah melakukan penyelidikan intensif untuk mengungkap potensi korban lain. Keterangan dari lima korban yang sudah melapor mengindikasikan adanya korban lain yang masih takut untuk berbicara. Penyidik berupaya melindungi para korban dan mendorong mereka untuk melapor tanpa rasa takut.
Modus Operandi Para Pelaku
Para pelaku, MCN dan CH, diduga menggunakan iming-iming uang dan perlakuan istimewa untuk menjebak para korban. Uang yang diberikan berkisar Rp20.000 hingga Rp50.000. Selain itu, para korban juga diajak jalan-jalan dan diberikan akses istimewa seperti penggunaan ponsel di lingkungan pesantren.
Ancaman dan Perlindungan Korban
Awalnya, para korban takut melapor karena ancaman dari para pelaku. Namun, setelah menceritakan kejadian tersebut kepada keluarga, mereka akhirnya memutuskan untuk melaporkan kasus ini ke polisi. Kepolisian memberikan jaminan keamanan dan perlindungan kepada para korban, sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) penanganan anak korban kekerasan seksual.
Status Tersangka dan Ponpes
Kedua tersangka, MCN dan CH, saat ini telah ditahan dan dijerat dengan pasal 76e Jo. pasal 82 Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara. Polisi memastikan bahwa hingga saat ini, Pondok Pesantren Ad-Diniyah masih beroperasi karena kasus ini dianggap sebagai masalah pribadi kedua tersangka, dan proses belajar mengajar tetap berlangsung.
Kerja Sama dengan Lembaga Terkait
Kepolisian berkoordinasi dengan lembaga-lembaga terkait perlindungan anak untuk memastikan penanganan kasus ini sesuai SOP. Penanganan khusus diberikan kepada para korban, mengingat mereka adalah anak di bawah umur yang berhadapan dengan hukum (ABH).
Kesimpulan
Kasus pencabulan di Ponpes Ad-Diniyah ini menjadi sorotan, dengan polisi yang aktif mengusut kasus tersebut dan mencari kemungkinan korban lain. Kepolisian juga menekankan komitmennya untuk melindungi dan mendukung para korban agar mereka berani melapor dan mendapatkan keadilan.