Keamanan Data Nasabah, Prioritas Utama Bank DKI Pasca Gangguan Sistem
Gangguan sistem Bank DKI selama seminggu menjadi pembelajaran penting tentang prioritas keamanan data nasabah di atas kecepatan pemulihan layanan digital.

Pada malam takbiran 30 Maret 2024, Bank DKI mengalami kendala pelayanan yang berlangsung selama satu minggu. Kejadian ini berdampak luas dan menjadi pembelajaran berharga bagi Bank DKI dan institusi pelayanan publik lainnya tentang pentingnya mengutamakan keamanan data dan dana nasabah di atas kecepatan pemulihan layanan. Kejadian ini terjadi di Jakarta dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan nasabah Bank DKI.
Insiden ini menyoroti pentingnya prinsip kehati-hatian dalam sistem perbankan, mengingat bank beroperasi berdasarkan kepercayaan publik. Nasabah mempercayakan uang dan transaksi keuangan mereka kepada bank, sehingga keamanan data dan dana nasabah menjadi tanggung jawab utama. Langkah pertama dan terpenting yang harus dilakukan adalah memastikan keamanan data dan dana nasabah tetap terjaga.
Praktisi keamanan siber, Atik Pilihanto, menekankan pentingnya keamanan siber di era digital. Namun, keamanan teknologi semata tidak cukup; budaya keamanan yang kuat di dalam organisasi juga krusial. Penerapan sistem keamanan berlapis, meskipun rumit, sangat penting untuk mencegah gangguan sistem dan melindungi data nasabah. Hal ini ditekankan untuk memastikan keamanan data nasabah Bank DKI.
Sistem Keamanan Berlapis dan Budaya Kehati-hatian
Banyak perusahaan menerapkan sistem keamanan berlapis yang kompleks. Prosedur yang ketat memang merepotkan, namun penting untuk menjaga integritas sistem. Budaya kehati-hatian dalam organisasi dapat meminimalisir celah keamanan. Jika terjadi insiden, investigasi menyeluruh akan memudahkan deteksi anomali dan percepatan penyelesaian masalah. Hal ini penting untuk memastikan keamanan data nasabah Bank DKI.
Layanan digital memberikan kemudahan bagi konsumen, tetapi juga meningkatkan risiko gangguan. Oleh karena itu, penerapan sistem keamanan yang ketat dan berlapis menjadi keharusan. Meskipun hal ini mungkin merepotkan bagi karyawan, langkah ini penting untuk mencegah gangguan layanan dan melindungi data nasabah Bank DKI.
Atik Pilihanto juga menyoroti pentingnya tidak terburu-buru mengembalikan layanan online setelah terjadi gangguan. Investigasi menyeluruh harus dilakukan terlebih dahulu untuk memastikan keamanan sistem sebelum layanan kembali beroperasi. Melanjutkan layanan sebelum investigasi tuntas dapat meningkatkan kerentanan sistem terhadap gangguan berulang. Ini merupakan pelajaran penting bagi Bank DKI dan institusi keuangan lainnya.
Tanggapan Bank DKI dan Pemerintah
Bank DKI mengakui pentingnya pembelajaran dari insiden ini. Mereka telah menyiapkan kanal komunikasi 24 jam melalui 1500-351 dan media sosial resmi untuk menerima aspirasi, pengaduan, dan pertanyaan dari masyarakat. Direktur Utama Bank DKI, Agus Haryoto, memastikan layanan telah pulih dan berkomitmen meningkatkan perlindungan konsumen, menerapkan prinsip kehati-hatian, dan tata kelola yang baik.
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, memberikan dukungan penuh terhadap upaya pemulihan layanan Bank DKI. Ia menekankan pentingnya pengelolaan Bank DKI yang lebih profesional dan serius dalam menghadapi tantangan di masa mendatang. Dukungan ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk memastikan keamanan data nasabah Bank DKI.
Gangguan Sistem dan Tanggung Jawab Bersama
Kemajuan teknologi digital dan kecerdasan buatan meningkatkan kerentanan berbagai sektor, termasuk sektor keuangan, terhadap gangguan sistem. Meskipun Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bertanggung jawab atas keamanan siber, keamanan siber merupakan tanggung jawab bersama, terutama jika melibatkan kepentingan publik yang luas. Pengujian sistem, termasuk pengujian keamanan, pengawasan, dan digital forensik, sangat penting untuk mencegah dan mengatasi gangguan sistem.
Gangguan sistem digital di Indonesia, khususnya di sektor keuangan, seringkali menjadi sorotan publik. Namun, banyak sektor lain, seperti minyak dan gas, telekomunikasi, e-commerce, dan layanan kesehatan, juga mengalami gangguan sistem, meskipun tidak selalu terekspos media. Di negara maju, gangguan sistem siber juga terjadi di berbagai sektor, terutama yang berkaitan dengan pelayanan publik.
Praktisi keamanan siber menjelaskan bahwa gangguan sistem tidak selalu disebabkan oleh serangan siber dari luar. Akses yang tidak terkontrol dari orang dalam dapat menjadi celah keamanan yang serius. Penerapan prinsip "satu orang satu akses" dapat membantu mencegah hal ini. Investigasi digital forensik dapat membantu mengidentifikasi pelaku dan mengambil langkah hukum yang diperlukan.
Kesimpulannya, meskipun gangguan sistem di era digital tidak dapat dihindari, penerapan sistem keamanan berlapis, budaya keamanan siber yang kuat, dan investigasi menyeluruh setelah terjadi gangguan sangat penting untuk melindungi data dan dana nasabah. Kejadian di Bank DKI menjadi pengingat penting tentang prioritas keamanan di atas kecepatan pemulihan layanan.