Kearifan Lokal Jaga Dugong di Minahasa Selatan: Tradisi dan Pariwisata Beriringan
Masyarakat Desa Arakan, Minahasa Selatan, menjaga populasi dugong melalui kearifan lokal yang mengaitkan keberadaan dugong dengan hasil tangkapan ikan teri, sekaligus menarik minat wisatawan.

Apa: Kelestarian populasi dugong di Desa Arakan, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, terjaga berkat kearifan lokal masyarakat. Siapa: Masyarakat Desa Arakan, nelayan, Syamsudin Bugis, Ismail Husen (Mae), dan Kepala Balai Taman Nasional Bunaken Faat Rudhianto. Di mana: Desa Arakan, Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, dalam kawasan Taman Nasional Bunaken. Kapan: Kearifan lokal ini telah berlangsung turun-temurun. Mengapa: Kepercayaan masyarakat bahwa dugong terkait dengan melimpahnya ikan teri mendorong pelestarian dugong. Bagaimana: Masyarakat menghindari konsumsi daging dugong dan melepaskan dugong yang tersangkut jaring, serta menjaga ekosistem bakau.
Perairan Desa Arakan, yang kaya akan lamun sebagai makanan dugong, menjadi habitat penting bagi mamalia laut yang dilindungi ini. Keberadaan dugong di perairan ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat selama beberapa generasi. Tradisi dan kepercayaan turun-temurun menjadi kunci utama dalam menjaga kelestarian populasi dugong di wilayah ini.
Kepercayaan masyarakat setempat mengaitkan keberadaan dugong dengan melimpahnya ikan teri, sumber penghasilan utama nelayan perempuan di desa tersebut. Konon, jika dugong ditangkap dan dikonsumsi, populasi ikan teri akan menurun drastis. Cerita ini telah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi landasan bagi masyarakat untuk melindungi dugong.
Kearifan Lokal sebagai Benteng Pelestarian
Syamsudin Bugis, warga Desa Arakan yang telah puluhan tahun melaut, menceritakan pengalamannya melihat dugong di perairan setempat. Ia juga pernah memelihara dua ekor dugong, namun kemudian melepaskannya kembali ke laut. Menurutnya, "Tak jauh dari perkampungan Desa Arakan ada kolam dugong. Setiap hari bisa dijumpai beberapa ekor dugong bermain di kolam itu."
Kepercayaan akan hubungan dugong dan ikan teri telah membentuk kearifan lokal yang kuat. Masyarakat meyakini bahwa dugong merupakan "raja" bagi kelompok ikan teri, dan jika dugong hilang, maka ikan teri pun akan menghilang. Hal ini mendorong masyarakat untuk menghindari konsumsi daging dugong dan menjaga kelestariannya.
Kearifan lokal ini tidak hanya menjaga populasi dugong, tetapi juga berdampak positif bagi perekonomian masyarakat, terutama para nelayan perempuan yang bergantung pada hasil tangkapan ikan teri. Saat ini, nelayan bahkan akan menyingkirkan jala jika ada dugong yang melintas agar tidak terjerat.
Syamsudin berharap agar upaya menjaga populasi dugong dapat dituangkan dalam peraturan desa agar lebih mengikat dan melindungi hewan tersebut secara hukum.
Peran Ekosistem Bakau dan Edukasi Lingkungan
Ismail Husen, atau Mae, seorang aktivis lingkungan yang telah bertahun-tahun mengkampanyekan pelestarian bakau, menjelaskan pentingnya menjaga ekosistem bakau untuk mendukung kelestarian dugong. "Kalau ekosistem bakau terjaga, maka itu akan menyangga perairan yang ada di sekitar, termasuk habitat dugong," ujarnya.
Mae telah memasukkan materi pelestarian bakau ke dalam muatan lokal di sekolah-sekolah sekitar. Ia juga mengajak siswa untuk melihat langsung ekosistem bakau dan memahami manfaatnya. Menurutnya, terjaganya hutan bakau sangat penting karena berpengaruh terhadap ketersediaan lamun, makanan utama dugong.
Edukasi lingkungan kepada anak-anak sekolah diharapkan dapat menciptakan generasi muda yang peduli terhadap lingkungan dan menjadi tutor sebaya bagi teman-temannya. Mae juga berharap edukasi ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian dugong dan ekosistemnya.
Keberadaan dugong juga menjadi daya tarik wisata bagi Desa Arakan. Sebelum pandemi COVID-19, setiap bulan terdapat sepuluh hingga belasan wisatawan mancanegara yang datang untuk melihat dugong. Hal ini memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat setempat, meskipun masih dalam skala kecil.
Apresiasi dan Harapan untuk Masa Depan
Kepala Balai Taman Nasional Bunaken, Faat Rudhianto, mengapresiasi upaya masyarakat Desa Arakan dalam menjaga kelestarian dugong. Ia salut atas kesadaran warga untuk melepaskan dugong yang tersangkut di jala nelayan. Dugong, sebagai spesies yang dilindungi, juga menjadi daya tarik wisata dan kekhasan Taman Nasional Bunaken.
Upaya pelestarian dugong di Desa Arakan menunjukkan bagaimana kearifan lokal dapat berperan penting dalam menjaga kelestarian spesies langka dan sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pariwisata berkelanjutan. Dengan menjaga keseimbangan antara tradisi, lingkungan, dan ekonomi, Desa Arakan memberikan contoh inspiratif bagi daerah lain dalam pengelolaan sumber daya alam.
Semoga upaya pelestarian dugong ini terus berlanjut dan dapat diadopsi oleh daerah lain sebagai model keberhasilan dalam menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.