Kekurangan Zat Besi pada Anak: Ancaman bagi Perkembangan Daya Pikir
Ahli gizi ungkap fakta mengejutkan: 1 dari 3 anak Indonesia kekurangan zat besi, berdampak serius pada perkembangan daya pikir dan kualitas hidup. Yuk, ketahui solusinya!

Tangerang, 28 Februari 2024 (ANTARA) - Sebuah fakta mengejutkan terungkap: satu dari tiga anak di Indonesia mengalami kekurangan zat besi. Kondisi ini, menurut ahli gizi Siti Hanifah, berdampak signifikan pada perkembangan daya pikir anak dan kualitas hidupnya. Hal ini diungkapkannya dalam keterangan pers di Tangerang, Jumat lalu, menekankan pentingnya pencegahan dan deteksi dini kekurangan zat besi pada anak.
Siti Hanifah menjelaskan bahwa banyak orang tua masih belum menyadari betapa pentingnya asupan zat besi bagi tumbuh kembang anak. "Jika dibiarkan," tegasnya, "kekurangan zat besi pada anak dapat berpengaruh pada kemampuan kognitif mereka, seperti fokus dan kemampuan belajar, yang pada akhirnya menurunkan kualitas hidup anak."
Kekurangan zat besi, menurut Siti Hanifah, disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kurangnya konsumsi makanan kaya zat besi dan penyerapan zat besi yang buruk dalam tubuh. Oleh karena itu, upaya pencegahan dan penanganan kekurangan zat besi pada anak menjadi sangat penting.
Pentingnya Asupan Zat Besi dan Deteksi Dini
Untuk mencegah kekurangan zat besi, Siti Hanifah menyarankan agar orang tua memastikan anak-anak mendapatkan asupan zat besi yang cukup melalui makanan bergizi. Sumber zat besi yang baik antara lain daging, ikan, telur, dan sayuran hijau. Selain itu, konsultasi dengan dokter anak juga disarankan untuk mendapatkan saran yang tepat mengenai asupan nutrisi, termasuk kemungkinan pemberian susu pertumbuhan sebagai suplemen.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya skrining dan konsultasi dengan tenaga ahli untuk mendeteksi dini kekurangan zat besi. Deteksi dini sangat krusial untuk mencegah dampak negatif jangka panjang pada perkembangan anak. "Orang tua perlu proaktif dalam memantau kesehatan anak dan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan jika diperlukan," tambahnya.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, Alfamidi bekerja sama dengan SGM Eksplor meluncurkan program edukasi dan penyediaan ‘kalkulator zat besi’, sebuah alat digital interaktif yang membantu orang tua memantau kecukupan zat besi pada anak.
Inisiatif Alfamidi dan SGM Eksplor: Kalkulator Zat Besi
Head of Brand SGM Eksplor, Anggi Septie Morika, menjelaskan tujuan dari kalkulator zat besi ini. "Kalkulator zat besi dirancang untuk memberikan indikasi non-medis terkait kecukupan zat besi pada anak," ujarnya. Anggi berharap para orang tua dapat memanfaatkan alat ini untuk melakukan pengecekan secara berkala dan sedini mungkin.
Sementara itu, Retriantina Marhendra, Corporate Communication Manager Alfamidi, menyatakan bahwa program edukasi ini merupakan bentuk komitmen Alfamidi dalam mendukung kesehatan keluarga Indonesia. "Kolaborasi dengan SGM Eksplor ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi para orang tua dalam mengelola gizi anak-anak mereka," ucapnya.
Komitmen Alfamidi dan SGM Eksplor dalam mendukung kesehatan anak Indonesia tidak berhenti sampai di sini. Mereka berencana untuk menyelenggarakan kegiatan serupa dengan tema berbeda setiap bulan sepanjang tahun 2025 di 11 cabang Alfamidi di seluruh Indonesia. Hal ini menunjukkan kepedulian mereka terhadap masalah gizi anak di Indonesia.
Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya asupan zat besi dan deteksi dini kekurangan zat besi, diharapkan lebih banyak anak Indonesia dapat tumbuh kembang dengan optimal, terbebas dari ancaman gangguan perkembangan daya pikir akibat kekurangan zat besi.