Kemlu Pastikan Tak Ada WNI Jadi Korban Konflik Kamboja Thailand: Candi Preah Vihear Jadi Pemicu Ketegangan
Kementerian Luar Negeri RI memastikan tidak ada WNI yang menjadi korban konflik bersenjata antara Kamboja dan Thailand. Ketegangan ini dipicu sengketa Candi Preah Vihear.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI telah memastikan bahwa tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam konflik bersenjata antara militer Kamboja dan Thailand. Kepastian ini disampaikan oleh Direktur Pelindungan WNI Kemlu RI, Judha Nugraha, setelah melakukan pemantauan intensif. Informasi ini didapatkan melalui koordinasi erat dengan Kedutaan Besar RI (KBRI) di Phnom Penh, Kamboja, dan KBRI di Bangkok, Thailand.
Ketegangan di perbatasan kedua negara Asia Tenggara ini telah meningkat signifikan sejak Kamis lalu. Pemicu utama konflik ini adalah sengketa lama atas Candi Preah Vihear, sebuah situs warisan dunia UNESCO dari abad ke-11. Bentrokan bersenjata, termasuk penggunaan artileri berat dan roket, pecah di sekitar kawasan candi tersebut.
Untuk menjaga keselamatan WNI, kedua KBRI telah mengeluarkan imbauan keamanan. WNI diminta untuk meningkatkan kewaspadaan dan menghindari area konflik. Mereka juga diimbau untuk terus memantau perkembangan situasi keamanan melalui otoritas setempat dan media.
Pemantauan Ketat dan Imbauan Keamanan bagi WNI
Judha Nugraha menegaskan bahwa Kemlu RI bersama perwakilan diplomatik di Kamboja dan Thailand terus memantau situasi secara cermat. Pemantauan ini dilakukan untuk memastikan keselamatan seluruh WNI yang berada di wilayah terdampak konflik. Hingga saat ini, tidak ada laporan atau informasi mengenai WNI yang terluka atau terdampak langsung oleh bentrokan bersenjata tersebut.
Sebagai langkah proaktif, KBRI Phnom Penh dan KBRI Bangkok telah menerbitkan imbauan keamanan. Imbauan ini menekankan pentingnya kewaspadaan tinggi bagi WNI. Mereka disarankan untuk tidak melakukan perjalanan ke daerah-daerah yang rawan konflik dan selalu mengikuti perkembangan situasi.
Selain itu, WNI juga diimbau untuk segera menghubungi perwakilan RI setempat apabila menghadapi situasi darurat. KBRI Phnom Penh dapat dihubungi di nomor telepon +855-12-813-282, sementara KBRI Bangkok di nomor +66-92-903-1103. Langkah ini penting untuk memastikan bantuan cepat dapat diberikan jika diperlukan.
Sengketa Candi Preah Vihear: Akar Konflik Dua Negara
Konflik bersenjata antara Kamboja dan Thailand berakar pada sengketa wilayah yang telah berlangsung lama. Pemicu utamanya adalah klaim atas Candi Preah Vihear, sebuah kompleks candi kuno yang memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi. Candi ini telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, menambah kompleksitas perselisihan.
Ketegangan antara kedua negara telah memuncak setelah berminggu-minggu insiden kecil. Sebelumnya, terjadi insiden ranjau darat yang disusul aksi saling usir diplomat. Peristiwa-peristiwa ini secara progresif meningkatkan eskalasi hingga pada akhirnya memicu bentrokan bersenjata di perbatasan.
Pertempuran yang terjadi melibatkan penggunaan artileri berat dan roket. Area di sekitar candi menjadi titik panas pertempuran, menimbulkan kekhawatiran akan kerusakan situs bersejarah tersebut. Konflik ini menunjukkan betapa sensitifnya isu perbatasan dan warisan budaya di kawasan tersebut.
Harapan Penyelesaian Damai dan Peran Indonesia
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri, secara konsisten menyatakan keyakinannya bahwa Kamboja dan Thailand dapat menyelesaikan ketegangan ini secara damai. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip-prinsip yang tertuang dalam Piagam ASEAN. Piagam tersebut menekankan pentingnya penyelesaian sengketa melalui dialog dan cara-cara damai.
Selain Piagam ASEAN, Indonesia juga merujuk pada Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (Treaty of Amity and Cooperation/TAC) di Asia Tenggara. Traktat ini menjadi landasan bagi negara-negara anggota untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional. Indonesia berharap kedua negara dapat kembali ke meja perundingan.
Komitmen terhadap penyelesaian damai ini merupakan bagian dari peran aktif Indonesia dalam menjaga stabilitas kawasan. Indonesia senantiasa mendorong dialog dan diplomasi sebagai jalan keluar dari setiap perselisihan. Harapannya, ketegangan ini tidak akan berlarut-larut dan dapat segera menemukan titik terang melalui jalur diplomatik.