Khamenei: Negosiasi Nuklir dengan AS Tak Akan Hapus Sanksi, Justru Perberat Tekanan
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menegaskan bahwa negosiasi nuklir dengan AS justru akan memperketat sanksi terhadap Iran, bukan mencabutnya.

Teheran, 13 Maret 2024 - Dalam sebuah pernyataan mengejutkan, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, secara tegas menyatakan bahwa negosiasi nuklir dengan Amerika Serikat (AS) tidak akan berujung pada pencabutan sanksi. Justru sebaliknya, beliau memprediksi sanksi akan semakin memberatkan Iran. Pernyataan ini disampaikan pada Rabu (12/3) lalu, dalam pertemuan tahunan dengan mahasiswa di Teheran.
Pernyataan tersebut muncul sebagai respons terhadap pertanyaan berkelanjutan dari beberapa pihak di Iran mengenai perlunya bernegosiasi dengan AS. Khamenei dengan lugas menolak anggapan tersebut, menekankan bahwa perundingan dengan pemerintahan AS saat ini tidak akan menghasilkan solusi positif bagi negaranya. Beliau bahkan memperingatkan bahwa negosiasi justru akan memperburuk situasi dan meningkatkan tekanan terhadap Iran.
"Saya ingin mengatakan bahwa jika tujuan negosiasi adalah untuk mencabut sanksi, maka berunding dengan pemerintahan AS saat ini tidak akan menghapus sanksi, melainkan justru memperketatnya," tegas Khamenei. Beliau menambahkan, "Negosiasi hanya akan memperberat tekanan. Berunding dengan pemerintahan ini justru akan meningkatkan tekanan."
Kunjungan Diplomat UEA dan Surat dari Trump
Pernyataan tegas Khamenei ini disampaikan bertepatan dengan kunjungan Anwar Gargash, diplomat senior Uni Emirat Arab (UEA) dan penasihat presiden UEA, ke Teheran. Gargash bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, dan menurut Kementerian Luar Negeri Iran, ia membawa surat dari Presiden AS Donald Trump untuk Ayatollah Khamenei.
Meskipun isi surat tersebut masih dirahasiakan, berbagai sumber menyebutkan bahwa Trump berupaya untuk melanjutkan negosiasi dengan Iran. Tujuannya adalah menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015 dengan syarat Iran membatasi program nuklirnya. Langkah ini dinilai sebagai upaya Trump untuk memperbaiki hubungan dengan Iran yang memburuk sejak ia secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir pada Mei 2018.
Penarikan AS dari perjanjian tersebut telah memicu Iran untuk meningkatkan pengayaan uranium secara bertahap. Dari 3,57 persen sesuai ketentuan perjanjian, Iran kini telah meningkatkannya hingga 60 persen kemurnian. Situasi ini semakin memperumit hubungan antara Iran dan AS.
Kegagalan Negosiasi dan Ancaman AS
Iran sempat melakukan perundingan tidak langsung dengan pemerintahan Joe Biden yang dimediasi Uni Eropa. Namun, pembicaraan tersebut tidak membuahkan hasil yang signifikan, dan ketegangan justru semakin meningkat. Khamenei mengakui bahwa sanksi telah berdampak negatif terhadap ekonomi Iran, tetapi beliau menekankan bahwa sanksi bukanlah satu-satunya penyebab permasalahan ekonomi negara tersebut.
Terkait ancaman AS terhadap program nuklir Iran, Khamenei menyatakan bahwa Washington selalu mengklaim tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir. Namun, beliau menegaskan bahwa jika Iran memang ingin mengembangkan senjata nuklir, AS tidak akan mampu menghentikannya. "Fakta bahwa kami tidak memiliki senjata nuklir dan tidak berusaha memilikinya adalah karena kami sendiri yang tidak menginginkannya, berdasarkan alasan tertentu," tegas Khamenei.
Meskipun demikian, Khamenei menekankan bahwa Iran tidak menginginkan perang. Namun, ia memberikan peringatan keras bahwa jika AS dan sekutunya melakukan "langkah yang keliru," Iran akan memberikan respons yang "tegas dan pasti."
Sumber: Anadolu.