China Dukung Pembicaraan Nuklir AS-Iran di Oman, Tekanan Maksimal AS Dipertanyakan
China mendukung upaya AS dan Iran untuk memulai kembali pembicaraan nuklir di Oman, namun mempertanyakan kebijakan tekanan maksimum AS terhadap Iran yang dinilai justru menghambat proses perdamaian.

Amerika Serikat dan Iran akan kembali menggelar pembicaraan nuklir di Oman pada 12 April 2025. Pembicaraan ini menandai upaya terbaru untuk mengatasi kebuntuan atas program nuklir Iran yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Pertemuan ini mendapat dukungan penuh dari China, yang menyerukan solusi diplomatik atas krisis ini, sembari mempertanyakan efektivitas kebijakan tekanan maksimum yang diterapkan AS sebelumnya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam konferensi pers di Beijing pada 8 April 2025, menyatakan bahwa China percaya pendekatan politik dan diplomatik adalah satu-satunya jalan untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran. Ia menekankan pentingnya dialog dan menghindari tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan. Pernyataan ini muncul sebagai respons positif terhadap rencana pembicaraan AS-Iran yang akan datang.
Pembicaraan langsung terakhir antara AS dan Iran terjadi pada tahun 2015 di bawah pemerintahan Obama, menghasilkan kesepakatan nuklir yang membatasi aktivitas nuklir Iran sebagai imbalan atas keringanan sanksi. Namun, Presiden Trump menarik AS dari kesepakatan tersebut pada tahun 2018 dan memberlakukan kembali sanksi, memicu ketegangan yang berkelanjutan.
Dukungan China dan Kritik Terhadap Kebijakan AS
China secara konsisten mendesak pendekatan diplomatik dalam menangani program nuklir Iran. Lin Jian menambahkan bahwa AS, sebagai pihak yang menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015, perlu menunjukkan itikad baik, menghormati Iran, terlibat dalam dialog, dan menghentikan ancaman serta tekanan. China berkomitmen untuk memfasilitasi komunikasi antara semua pihak yang terkait, mendorong perundingan damai, dan memastikan tercapainya solusi yang mengakomodasi semua kekhawatiran.
Tujuan utama China adalah untuk menegakkan rezim non-proliferasi nuklir internasional dan menjaga perdamaian serta stabilitas di Timur Tengah. Dukungan aktif China terhadap pembicaraan ini menunjukkan peran pentingnya dalam upaya internasional untuk menyelesaikan krisis nuklir Iran.
Meskipun demikian, pernyataan Lin Jian juga menyiratkan kritik terhadap kebijakan "tekanan maksimum" AS terhadap Iran. China tampaknya percaya bahwa kebijakan tersebut justru kontraproduktif dan menghambat upaya diplomasi.
Perbedaan Persepsi Mengenai Format Pembicaraan
Terdapat perbedaan persepsi mengenai format pembicaraan AS-Iran. Presiden Trump sebelumnya menyebut pembicaraan tersebut sebagai "pembicaraan langsung," bahkan memberikan peringatan keras kepada Iran. Namun, Menteri Luar Negeri Iran, Seyed Abbas Araghchi, mengklarifikasi bahwa pembicaraan tersebut akan dilakukan secara tidak langsung, melalui perantara.
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, juga telah menyatakan penolakan terhadap pembicaraan langsung, lebih memilih jalur komunikasi tidak langsung. Ia menekankan bahwa Iran tidak menolak pembicaraan, tetapi AS harus terlebih dahulu memperbaiki "kesalahan masa lalu" dan membangun kepercayaan.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, bahkan mengeluarkan peringatan bahwa Iran akan membalas setiap serangan. Pernyataan ini menggarisbawahi ketegangan yang masih tinggi dan pentingnya pendekatan diplomatik yang hati-hati.
Status Program Nuklir Iran dan Kekhawatiran Internasional
Berdasarkan kesepakatan nuklir 2015, Iran diizinkan untuk memperkaya uranium hingga kemurnian 3,67 persen. Namun, laporan IAEA pada Februari 2025 menunjukkan bahwa Iran telah menimbun hampir 275 kg uranium yang diperkaya hingga 60 persen, mendekati tingkat senjata nuklir. Jumlah ini, jika diperkaya hingga 90 persen, secara teori cukup untuk membuat enam bom nuklir.
Meskipun Iran bersikeras bahwa aktivitas nuklirnya untuk tujuan damai, peningkatan kapasitas pengayaan uranium menimbulkan kekhawatiran internasional yang signifikan. Pembicaraan di Oman diharapkan dapat membahas isu ini dan mencari solusi yang dapat memastikan program nuklir Iran tetap damai dan mencegah proliferasi senjata nuklir.
Kesimpulannya, pembicaraan AS-Iran di Oman merupakan langkah penting dalam upaya menyelesaikan krisis nuklir Iran. Dukungan China terhadap proses ini, diiringi kritik halus terhadap kebijakan AS sebelumnya, menunjukkan kompleksitas situasi dan pentingnya pendekatan diplomatik yang komprehensif dan penuh itikad baik dari semua pihak yang terlibat.