Libur Imlek: Muslim Ramaikan Wihara Avalokitecwara Serang
Keluarga Muslim di Serang menghabiskan libur Imlek di Wihara Avalokitecwara, menikmati suasana dan belajar keberagaman budaya, sekaligus mengenal sejarah wihara tertua di Jawa tersebut.
Warga muslim memanfaatkan libur Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili dengan mengunjungi Wihara Avalokitecwara di Kasemen, Serang, pada Rabu, 29 Januari 2024. Mereka tak hanya menikmati suasana perayaan Imlek dengan ornamen merah dan emas, tetapi juga mengabadikan momen lewat foto dan video.
Asri Larasati, atau Rara, salah satu pengunjung, bahkan mengajak balitanya. Ini merupakan kunjungan pertamanya ke wihara, meskipun jaraknya hanya 20 menit dari rumah. Rara tertarik untuk melihat langsung perayaan Imlek dan mengungkapkan rasa penasarannya akan sejarah wihara tertua di Jawa tersebut. Ia datang bersama beberapa tetangga, terpikat oleh nilai sejarah Wihara Avalokitecwara.
Pengunjung lain, Faisal, juga datang bersama anaknya. Ketertarikan anaknya pada Imlek, khususnya barongsai, terpicu dari informasi di media sosial. Meskipun tidak ada barongsai di wihara, Faisal senang bisa mengajarkan anaknya tentang keberagaman budaya Indonesia. Ia melihat kunjungan ini sebagai kesempatan berharga untuk mengenalkan toleransi dan keberagaman agama serta suku sejak dini.
Kedekatan lokasi Wihara Avalokitecwara dengan Masjid Agung Banten memberikan nilai tambah. Faisal menilai, kedatangannya ke wihara memberikan kesempatan edukasi yang berharga tentang keberagaman dan toleransi antar umat beragama. Hal ini juga sekaligus mengajarkan tentang pentingnya menghargai perbedaan.
Sejarah Wihara Avalokitecwara
Wihara Avalokitecwara, dibangun pada abad ke-16 (sekitar tahun 1652) di masa pemerintahan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), merupakan salah satu wihara tertua di Pulau Jawa. Awalnya berada di Desa Dermayon, lalu dipindahkan ke Pamarican Banten pada tahun 1774. Wihara ini terletak sekitar 500 meter di sebelah barat Masjid Agung Banten. Ukiran di wihara menceritakan kejayaan Banten Lama sebagai kota pelabuhan dan bagaimana wihara tersebut menjadi tempat perlindungan saat tsunami dan letusan Gunung Krakatau tahun 1883. Wihara ini juga pernah terbakar pada tahun 2009.
Kesimpulannya, kunjungan warga muslim ke Wihara Avalokitecwara selama libur Imlek menunjukkan semangat toleransi dan kesempatan berharga untuk belajar tentang keberagaman budaya dan sejarah Indonesia. Lokasi wihara yang berdekatan dengan Masjid Agung Banten semakin memperkuat pesan toleransi dan kerukunan antar umat beragama.