Lima Mamalia Laut Terdampar di NTT Selama Empat Bulan Pertama 2025
Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang laporkan lima mamalia laut ditemukan mati dan terdampar di perairan NTT sepanjang Januari-April 2025, menunjukkan pentingnya pelestarian habitat laut.

Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang melaporkan temuan memprihatinkan terkait kematian mamalia laut di perairan Nusa Tenggara Timur (NTT). Selama periode Januari hingga April 2025, tercatat lima mamalia laut ditemukan mati dan terdampar di berbagai lokasi di NTT. Kejadian ini melibatkan berbagai spesies, termasuk dugong dan paus, dan menimbulkan kekhawatiran akan kesehatan ekosistem laut di wilayah tersebut.
Kepala BKKPN Kupang, Imam Fauzi, menyatakan bahwa pihaknya telah menangani lima kasus kematian mamalia laut tersebut. "Terhitung sejak periode Januari hingga April 2025 ada lima mamalia laut berbagai jenis yang kami tangani," ungkap Imam Fauzi dalam keterangannya di Kupang, Rabu.
Temuan ini meliputi tiga ekor dugong, satu paus sperma, dan satu paus Blainville's beaked. Lokasi penemuan tersebar di beberapa kabupaten di NTT, menunjukkan bahwa masalah ini bukan kejadian yang terisolasi.
Mamalia Laut yang Ditemukan Mati
Rincian penemuan mamalia laut yang mati dan terdampar meliputi tiga ekor dugong yang ditemukan di Pantai Oebelo Kecil, Kabupaten Kupang (7 Februari 2025); Pantai Panmuti, Kabupaten Kupang (27 Februari 2025); dan Pantai Dahi Iki, Kabupaten Sabu Raijua (10 April 2025). Satu paus sperma ditemukan di Pantai Amtasi, Kabupaten Timor Tengah Utara (8 April 2025), sementara satu paus Blainville's beaked ditemukan di Pantai Padahiho, Kabupaten Sabu Raijua (21 April 2025).
Imam Fauzi menjelaskan bahwa semua mamalia yang ditemukan telah dikubur dengan bantuan masyarakat setempat. "Semua mamalia yang terdampar dan mati tersebut dikubur dibantu oleh masyarakat," ujarnya. Hal ini menunjukkan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian mamalia laut yang dilindungi.
Meskipun demikian, Imam Fauzi mengakui bahwa masih terdapat pelanggaran terkait perlindungan mamalia laut. "Namun kami sadar bahwa masih banyak yang masih melanggar. Karena itu perlu lebih banyak sosialisasi kepada masyarakat pesisir," tambahnya. Sosialisasi yang lebih intensif dinilai penting untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap peraturan yang berlaku.
Pentingnya Pelestarian Habitat Laut NTT
Lebih lanjut, Imam Fauzi menjelaskan bahwa perairan NTT, khususnya Laut Sawu, merupakan jalur migrasi berbagai spesies paus, termasuk paus pembunuh (Orcinus orca) dan paus biru (Balaenoptera musculus), serta habitat penting bagi dugong. Wilayah Flores Timur, Lembata, dan Sikka juga merupakan jalur perlintasan paus dan tempat berkembang biak mamalia laut lainnya, seperti lumba-lumba.
Kondisi ini menjadikan perairan NTT sebagai wilayah yang rawan terhadap kejadian terdamparnya mamalia laut. "Karena itu tidak heran, jika banyak mamalia laut yang terdampar dan mati di perairan NTT," kata Imam Fauzi. Pernyataan ini menyoroti pentingnya upaya konservasi dan perlindungan habitat laut di NTT untuk menjaga kelestarian mamalia laut.
Temuan ini menunjukkan perlunya peningkatan pengawasan dan upaya konservasi untuk melindungi mamalia laut di perairan NTT. Sosialisasi kepada masyarakat pesisir juga sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam upaya pelestarian ini. Pentingnya menjaga kelestarian habitat laut di NTT untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang juga perlu menjadi perhatian bersama.
Kejadian terdamparnya mamalia laut ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga kesehatan ekosistem laut dan perlunya upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait lainnya untuk melindungi kekayaan hayati laut Indonesia.