DKP Sulbar Mitigasi Pencegahan Paus Terdampar: Langkah Konservasi dan Investigasi
Dinas Kelautan dan Perikanan Sulbar mengambil langkah mitigasi pasca-penemuan paus terdampar di Mamuju, berupa peningkatan pengawasan, pengurangan polusi laut, dan edukasi masyarakat untuk mencegah kejadian serupa.
Sebuah paus ditemukan terdampar di perairan Pulau Karampuang, Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) pada Jumat, 31 Januari 2024. Kejadian ini mendorong Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulbar untuk segera bertindak. Langkah-langkah mitigasi pun diterapkan guna mencegah terulangnya peristiwa serupa di masa mendatang.
Kepala DKP Sulbar, Suyuti, menyatakan keprihatinan atas kejadian tersebut. Menurutnya, paus terdampar menjadi indikator meningkatnya kerentanan ekosistem laut akibat berbagai faktor, baik alam maupun ulah manusia. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah.
Strategi mitigasi yang diterapkan DKP Sulbar mencakup beberapa poin penting. Pertama, peningkatan pemantauan jalur migrasi paus dengan memanfaatkan teknologi satelit dan patroli laut secara intensif. Langkah ini diharapkan dapat memberikan peringatan dini jika terjadi potensi paus terdampar kembali.
Kedua, upaya pengurangan kebisingan di laut. Hal ini akan dilakukan dengan mengatur aktivitas sonar dan eksplorasi bawah laut yang berpotensi mengganggu mamalia laut. Pengurangan kebisingan sangat penting untuk menjaga habitat paus.
Ketiga, kampanye pengurangan sampah plastik di laut. Sampah plastik merupakan ancaman serius bagi kehidupan laut dan dapat membahayakan mamalia laut seperti paus. Edukasi dan aksi bersih-bersih laut menjadi prioritas.
Selain itu, DKP Sulbar juga akan meningkatkan edukasi kepada masyarakat pesisir. Edukasi ini meliputi cara penanganan paus terdampar yang tepat dan pentingnya konservasi laut. Peningkatan kesadaran masyarakat sangat penting dalam upaya pelestarian.
Suyuti menekankan pentingnya melindungi paus sebagai indikator kesehatan ekosistem laut. Hal senada disampaikan Nuralim dari BPSPL Makassar, yang menyatakan bahwa paus yang ditemukan di Mamuju kemungkinan besar adalah paus sperma (Physeter macrocephalus), spesies yang umum bermigrasi di perairan Indonesia.
Sementara itu, Iptu Zulkifli dari Satuan Polair Polresta Mamuju menjelaskan bahwa paus tersebut ditemukan mati dengan luka robek di tubuhnya. Bangkai paus dievakuasi ke laut lepas untuk menghindari dampak lingkungan negatif. Proses evakuasi mengalami kendala karena kondisi pantai yang berbatu karang.
Sebelum ditemukan mati, paus sepanjang sekitar enam meter tersebut masih hidup namun terluka akibat terdampar di perairan dangkal dan berbatu. Upaya penyelamatan sempat dilakukan, namun sayangnya paus tersebut tidak dapat bertahan hidup. Setelah dipastikan mati, warga dan pihak berwenang, termasuk BPSPL Makassar, menangani bangkai paus tersebut.
Kejadian ini menyoroti pentingnya upaya konservasi laut yang lebih serius dan komprehensif. Melalui langkah mitigasi dan edukasi, diharapkan kejadian serupa dapat diminimalisir di masa mendatang demi menjaga kelestarian ekosistem laut dan satwa laut di Sulawesi Barat.