Fakta Unik: Setelah Tragedi Kanjuruhan, I.League Koordinasi Intensif Izinkan Kembali Suporter Tandang Super League
I.League sedang intensif berkoordinasi dengan kepolisian terkait peluang diizinkannya kembali suporter tandang Super League musim 2025/2026. Akankah larangan dicabut?

Operator kompetisi Super League, I.League, melalui Direktur Utamanya, Ferry Paulus, tengah gencar berkoordinasi dengan pihak kepolisian. Koordinasi ini bertujuan untuk membahas potensi diizinkannya kembali suporter tim tamu dalam pertandingan tandang pada Super League musim 2025/2026. Langkah ini diambil menyusul evaluasi mendalam terhadap regulasi sebelumnya.
Pada musim sebelumnya, yang dikenal sebagai Liga 1, suporter tim tamu tidak diperkenankan hadir menyaksikan laga tim kesayangan mereka di kandang lawan. Namun, larangan tersebut seringkali dilanggar oleh sejumlah kelompok suporter, yang kemudian berujung pada sanksi denda bagi klub terkait. Situasi ini mendorong I.League mencari solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Ferry Paulus menyatakan bahwa proses finalisasi terkait kebijakan suporter tandang ini sedang dalam tahap akhir. "Mungkin dalam satu atau dua hari ke depan ada keputusan mengenai proposal yang kami sampaikan kepada pihak kepolisian," ujar Ferry usai acara peluncuran BRI Super League 2025/2026 di Jakarta pada Minggu lalu. Keputusan ini diharapkan dapat memberikan kejelasan bagi klub dan suporter.
Upaya I.League Mencari Solusi Kehadiran Suporter Tandang
I.League terus bekerja keras untuk menemukan berbagai solusi inovatif agar para suporter tim tamu dapat kembali memberikan dukungan langsung kepada tim kebanggaan mereka di stadion lawan. Ferry Paulus mengungkapkan bahwa ada beberapa alternatif yang sedang dikaji secara mendalam. Tujuannya adalah untuk mencapai keseimbangan antara keamanan dan antusiasme suporter.
Salah satu alternatif yang diusulkan adalah memberikan izin kehadiran bagi suporter tamu dengan status "tanpa masalah". Ini berarti izin akan diberikan untuk pertandingan yang tidak melibatkan rivalitas tinggi, seperti laga antara Persija dan Persib yang secara historis memiliki tensi tinggi. Pendekatan ini diharapkan dapat mengurangi potensi gesekan antar suporter.
Selain itu, I.League juga memaparkan terobosan baru kepada pihak kepolisian terkait sistem pertiketan. Sistem ini dirancang untuk mengelola dan membatasi jumlah suporter tandang secara lebih terstruktur dan aman. Dengan demikian, diharapkan dapat meminimalkan risiko pelanggaran dan memastikan ketertiban di stadion.
Peran Kepolisian dan PSSI dalam Regulasi Suporter Tandang
Meskipun koordinasi intensif telah dilakukan dengan pihak kepolisian, Ferry Paulus menegaskan bahwa persetujuan akhir terkait perizinan suporter tandang tidak hanya bergantung pada kepolisian. PSSI, sebagai regulator utama sepak bola Indonesia, juga harus memberikan persetujuannya. Hal ini krusial untuk memastikan sinkronisasi dan transformasi sesuai standar FIFA.
Persetujuan dari PSSI sangat penting mengingat peran mereka dalam menjaga integritas dan standar kompetisi sepak bola nasional. Setiap kebijakan yang diterapkan harus sejalan dengan regulasi FIFA untuk menghindari sanksi atau masalah di kemudian hari. Oleh karena itu, kolaborasi antara I.League, kepolisian, dan PSSI menjadi kunci utama.
Proses ini melibatkan diskusi mendalam mengenai aspek keamanan, logistik, dan dampak sosial dari kehadiran suporter tandang. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi semua pihak yang terlibat dalam pertandingan sepak bola. Keputusan yang diambil harus mempertimbangkan semua dimensi ini secara cermat.
Latar Belakang Larangan Suporter Tandang: Tragedi Kanjuruhan
Penerapan larangan kehadiran suporter tim tandang dalam kompetisi sepak bola Indonesia bermula dari peristiwa kelam Tragedi Kanjuruhan. Insiden memilukan ini terjadi setelah pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Oktober 2022. Tragedi tersebut menjadi titik balik dalam regulasi keamanan sepak bola nasional.
Dampak dari tragedi tersebut sangat besar, menyebabkan setidaknya 135 warga sipil meninggal dunia dan ratusan lainnya mengalami luka-luka. Peristiwa ini mengguncang dunia sepak bola Indonesia dan memicu evaluasi menyeluruh terhadap standar keamanan stadion serta manajemen kerumunan. Larangan suporter tandang adalah salah satu langkah responsif yang diambil.
Keputusan untuk melarang suporter tandang diambil sebagai upaya preventif untuk menghindari terulangnya insiden serupa. Meskipun demikian, larangan ini menimbulkan tantangan tersendiri, terutama terkait dengan pelanggaran yang terus terjadi dan denda yang harus ditanggung klub. Oleh karena itu, I.League kini mencari pendekatan baru yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.