Masjid Al Kusaeni: Pesona Sejarah dan Spiritualitas di Pesisir Banten
Ramadhan 2025, Masjid Al Kusaeni di Pantai Carita, Banten, ramai dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara karena nilai sejarah dan arsitekturnya yang unik.

Masjid Al Kusaeni, sebuah masjid bersejarah di pesisir Pantai Carita, Pandeglang, Banten, menjadi saksi bisu perjalanan peradaban Islam di Indonesia. Pada Ramadhan 2025, masjid tua yang dibangun tahun 1889 ini dibanjiri wisatawan domestik dan mancanegara, tertarik akan nilai sejarah dan arsitektur uniknya. Keberadaan masjid ini, yang dibangun enam tahun pasca letusan dahsyat Gunung Krakatau 1883, menjadi bukti ketahanan dan semangat masyarakat Banten.
Ketua DKM Masjid Al Kusaeni, Tata Suharta, mengungkapkan bahwa masjid ini tak hanya menarik bagi wisatawan lokal dari Banten, Jawa Barat, Lampung, hingga Jakarta, tetapi juga menarik minat wisatawan mancanegara, terutama dari negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Filipina, dan Brunei Darussalam. Mereka datang untuk merasakan atmosfer Ramadhan di masjid bersejarah ini, sekaligus mempelajari sejarahnya yang kaya.
Dibangun atas perintah Syekh Nawawi Al-Bantani, ulama besar Banten, oleh muridnya KH Muhammad Husein, masjid ini memiliki makna yang mendalam. Pembangunannya sebagai respons atas bencana tsunami dahsyat yang menewaskan puluhan ribu jiwa di Banten dan Lampung, sekaligus sebagai pusat syiar Islam dan simbol perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Masjid ini juga menjadi tempat pendidikan agama Islam melalui pondok pesantren yang didirikan di dalamnya.
Arsitektur Unik Perpaduan Lokal dan Asing
Masjid Al Kusaeni memiliki arsitektur yang unik, memadukan unsur lokal dan asing. Keempat tingkat bangunannya menampilkan pelipit seperti pada candi dan mustaka (kubah), mencerminkan pengaruh arsitektur lokal. Sementara itu, tiang-tiang semu (pilaster) menunjukkan pengaruh arsitektur kolonial. Tata Suharta menjelaskan, "Bentuk pembangunannya masih tipe bangunan kuno asli Indonesia."
Sekitar 85 persen bangunan masjid masih asli, dengan empat kali pemugaran yang dilakukan hanya pada bagian-bagian tertentu. Pemugaran tersebut meliputi perbaikan beton tiang depan yang miring akibat gempa tahun 2008, serta renovasi tempat wudhu, toilet, dan pagar. Meskipun telah mengalami beberapa renovasi, masjid ini tetap mempertahankan keasliannya.
Masjid Al Kusaeni yang seluas 1.000 meter persegi ini mampu menampung hingga 400 jamaah. Beruntung, masjid ini selamat dari tsunami yang melanda Pantai Carita pada tahun 2018, meskipun lokasinya berada di tepi pantai. "Kami melestarikan masjid yang sudah masuk Cagar Budaya di Provinsi Banten itu agar tetap kokoh dan terawat baik," ujar Tata Suharta.
Ramadhan di Masjid Al Kusaeni: Suasana Spiritual yang Meningkat
Pada bulan Ramadhan, kegiatan keagamaan di Masjid Al Kusaeni meningkat pesat. Shalat Tarawih, zikir bersama, pengajian kitab kuning, dan tadarus Al-Quran menjadi agenda rutin. "Kami setiap Ramadhan menyelenggarakan kegiatan keagamaan di masjid tua itu," kata Tata Suharta. Para wisatawan yang berkunjung pun turut serta dalam kegiatan-kegiatan tersebut, bahkan banyak yang membawa makanan untuk berbagi.
Perawatan masjid yang kini berstatus cagar budaya ini sepenuhnya bergantung pada swadaya jamaah. Biaya operasional bulanan, termasuk gaji lima pegawai dan biaya listrik, mencapai sekitar Rp2 juta. Namun, perbaikan dan renovasi besar membutuhkan dana yang lebih signifikan. Pihak pengelola berharap pemerintah daerah dan provinsi dapat memberikan bantuan dana untuk perawatan masjid bersejarah ini.
Pemerintah Kabupaten Pandeglang sendiri berkomitmen untuk melestarikan masjid-masjid tua di wilayahnya, termasuk Masjid Al Kusaeni. Selain Masjid Al Kusaeni, Pemkab Pandeglang juga berupaya melestarikan masjid-masjid tua lainnya seperti Masjid Gunung Karang dan Masjid Agung As Salafie Caringin, sebagai bagian dari upaya pelestarian warisan budaya dan peradaban Islam di Banten.
Masjid Al Kusaeni bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga menjadi destinasi wisata religi yang menarik. Arsitektur uniknya, nilai sejarahnya yang kaya, dan suasana spiritualnya yang kental menjadikan masjid ini sebagai tempat yang patut dikunjungi, terutama selama bulan Ramadhan.