Menag Ajak PBNU Sukseskan Program Prioritas: Kurikulum Cinta hingga Ekoteologi
Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengajak Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk berkolaborasi menyukseskan program prioritas Kemenag, termasuk kurikulum cinta dan penguatan ekoteologi.

Jakarta, 11 Maret 2024 - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar secara resmi mengajak Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk berpartisipasi aktif dalam menyukseskan sejumlah program prioritas Kementerian Agama. Pertemuan yang berlangsung di Kantor PBNU, Jakarta, Selasa lalu, menandai langkah awal kolaborasi strategis ini. Menag Nasaruddin Umar berharap dukungan penuh PBNU dalam mewujudkan visi Kementerian Agama di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Dalam pertemuan tersebut, Menag Nasaruddin Umar didampingi jajarannya bertemu langsung dengan Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, dan Sekretaris Jenderal PBNU, Saifullah Yusuf. Selain membahas kerja sama program, Kemenag juga menyerahkan dana sosial kelembagaan kepada PBNU sebagai bentuk dukungan nyata. Pertemuan ini menandakan komitmen kuat pemerintah dalam membangun sinergi antar lembaga untuk kemajuan bangsa.
Menag Nasaruddin Umar memaparkan empat program prioritas Kemenag yang membutuhkan dukungan PBNU. Program-program tersebut meliputi pengembangan kurikulum cinta, peningkatan kerukunan antar umat beragama, penguatan nasionalisme berbasis keagamaan, dan pengembangan ekoteologi sebagai pendekatan teologis yang ramah lingkungan. Kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat Indonesia.
Kurikulum Cinta dan Penguatan Nilai-Nilai Kebangsaan
Menag Nasaruddin Umar menjelaskan secara detail tentang gagasan 'kurikulum cinta'. "Kami menggagas kurikulum cinta yang bertujuan membangun toleransi sejati di Indonesia sejak di sekolah. Diharapkan tidak ada lagi guru yang mengajarkan kebencian," ujar Menag. Kurikulum ini diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai toleransi dan persatuan sejak dini dalam pendidikan di Indonesia.
Selain kurikulum cinta, Menag juga menekankan pentingnya penguatan nasionalisme dengan pendekatan keagamaan. "NU telah mewariskan tradisi bahwa nasionalisme adalah bagian dari iman, sebagaimana prinsip hubbul wathon minal iman," tegasnya. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk memperkuat rasa kebangsaan dan cinta tanah air di tengah masyarakat.
Menag juga menyampaikan rencana Kemenag untuk menggagas poros budaya yang kuat bagi bangsa Indonesia yang majemuk. Kerukunan umat beragama menjadi kunci utama dalam membangun poros budaya tersebut. "Kekuatan Indonesia adalah kerukunannya. Jangan sampai toleransi kita hanya sekadar hidup berdampingan, tetapi juga saling menyayangi," pesan Menag.
Ekoteologi dan Peran Agama dalam Pelestarian Lingkungan
Menag Nasaruddin Umar juga menyoroti pentingnya ekoteologi dalam konteks pembangunan berkelanjutan. "Ke depan, kita harus menciptakan bahasa yang lebih ramah terhadap lingkungan, baik dalam ceramah maupun materi-materi pendidikan," katanya. Pendekatan teologis yang ramah lingkungan ini diharapkan dapat mendorong kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian alam.
Program ekoteologi ini sejalan dengan upaya global untuk mengatasi perubahan iklim dan menjaga keberlanjutan lingkungan hidup. Kemenag berharap dapat melibatkan PBNU dalam mensosialisasikan dan mengimplementasikan program ini secara efektif di masyarakat.
PBNU, melalui berbagai programnya, telah menunjukkan komitmen terhadap pelestarian lingkungan. Kerja sama dengan Kemenag dalam hal ini diharapkan dapat memperkuat upaya pelestarian lingkungan dan mendorong terciptanya pembangunan berkelanjutan.
Sinergi PBNU dan Kemenag untuk Indonesia yang Lebih Baik
Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, menyambut baik inisiatif Menag Nasaruddin Umar. Ia menyatakan bahwa program-program Kemenag tersebut sejalan dengan program-program yang sedang dijalankan oleh PBNU, salah satunya Gerakan Keluarga Maslahat NU (GKMNU).
Gus Yahya menjelaskan, "Jadi ada enam matra dalam GKMNU, di antaranya ada yang terkait pendidikan, dan juga lingkungan, tentu itu sejalan." PBNU juga aktif dalam forum R20 (Religion Twenty), yang fokus pada pencarian solusi atas berbagai permasalahan global melalui pendekatan keagamaan.
Gus Yahya berharap kerja sama antara PBNU dan Kemenag dapat terus terjalin secara sinergis untuk mendukung pembangunan yang lebih konstruktif bagi Indonesia. Kolaborasi ini diharapkan dapat menghasilkan dampak positif yang signifikan bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Dengan sinergi antara Kemenag dan PBNU, diharapkan program-program prioritas tersebut dapat terlaksana dengan efektif dan efisien, membawa Indonesia ke arah yang lebih baik dan sejahtera.