Mencengangkan! 315 Ribu Kredensial Diretas, UI Ungkap Tiga Pilar Penting Perkuat Kekuatan Siber Indonesia
Universitas Indonesia menyoroti tiga pilar utama untuk memperkuat Kekuatan Siber Indonesia, termasuk pengembangan SDM terampil. Data mencengangkan ungkap ribuan kredensial diretas!

Kepala Program Pascasarjana Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI), Ali Wibisono, menekankan pentingnya tiga pilar utama dalam memperkuat ketahanan siber Indonesia. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) terampil menjadi prioritas utama di antara pilar-pilar tersebut, demi menjaga keamanan digital nasional.
Pernyataan ini disampaikan dalam peluncuran Cyber Diplomacy Handbook di Jakarta, yang diselenggarakan oleh ASEAN Study Center (ASC) UI. Acara tersebut merupakan hasil kolaborasi dengan Australian Strategic Policy Institute (ASPI) pada hari Selasa lalu. Ini menjadi forum penting untuk membahas strategi peningkatan kekuatan siber.
Wibisono mengungkapkan bahwa temuan kunci dari riset mereka menunjukkan kekuatan siber sejati bertumpu pada tiga pilar fundamental. Selain SDM, penguasaan teknologi serta komitmen terhadap perilaku bertanggung jawab di ruang siber juga sangat krusial. Ini berlaku bagi aktor negara maupun non-negara.
Urgensi Penguatan Kekuatan Siber Indonesia di Tengah Ancaman Nyata
Data peretasan yang mengkhawatirkan menjadi pemicu utama urgensi penguatan kapasitas siber nasional. Lebih dari 315.000 kredensial digital warga Indonesia diretas pada paruh pertama tahun 2024. Angka ini setara dengan rata-rata 60 kredensial diretas setiap jamnya, menunjukkan skala ancaman yang signifikan.
Statistik mencengangkan tersebut menyoroti kerentanan individu dan organisasi di ruang siber yang terus berkembang. Ruang siber kini semakin kompetitif, di mana negara maju diuntungkan oleh akses data dan pengguna yang luas. Situasi ini menciptakan ketidakseimbangan global.
Sementara itu, negara berkembang menghadapi kesenjangan kapabilitas yang serius. Mereka juga memiliki kekurangan regulasi serta insiden siber yang merugikan secara ekonomi dan sosial. Kondisi ini menuntut respons cepat dan terkoordinasi dari berbagai pihak untuk membangun pertahanan yang kokoh.
Ali Wibisono menegaskan bahwa penguatan kekuatan siber tidak hanya tentang aspek teknologi semata. Ini juga mencakup pembangunan ekosistem yang mendukung keamanan digital secara menyeluruh, termasuk kesadaran dan etika pengguna.
Peran Strategis Universitas Indonesia dan Peluncuran Cyber Diplomacy Handbook
Universitas Indonesia, dengan pendekatan interdisiplinernya, dinilai sangat tepat untuk mendukung upaya penguatan kapasitas siber Indonesia secara holistik. UI telah memajukan transformasi digital secara signifikan. Perguruan tinggi ini juga memperluas kesempatan pembelajaran daring untuk menjangkau lebih banyak talenta.
Dalam konteks peningkatan kapasitas ini, ASC UI dan ASPI meluncurkan Cyber Diplomacy Handbook. Buku ini diharapkan menjadi panduan komprehensif bagi para profesional, akademisi, dan aktivis di bidang siber. Tujuannya adalah untuk memahami dinamika siber dan peran strategis Indonesia di kancah global.
Buku tersebut secara mendalam membahas apa itu ruang siber, peluang dan risikonya, serta bagaimana negara membangun dan menyebarkan kemampuan siber mereka. Norma-norma internasional yang mengatur ruang siber juga dijelaskan secara komprehensif. Setiap bab berfokus pada keterlibatan Indonesia dalam kerja sama internasional, baik bilateral maupun global.
Melalui handbook ini, Indonesia menunjukkan langkah aktif dan progresif. Negara ini berupaya meningkatkan keamanan siber, menguasai teknologi digital, dan berkontribusi dalam membentuk demokrasi siber global yang lebih adil. Buku ini juga menyoroti bagaimana Indonesia menavigasi rivalitas teknologi antara Amerika Serikat dan Tiongkok.