Mengapa Kenaikan HET Beras Premium Lebih Disarankan daripada Medium? Ini Alasannya!
Pemerintah didorong menaikkan HET Beras Premium, bukan medium, menyusul penyesuaian HPP gabah. Simak mengapa langkah ini dinilai lebih tepat!

Pemerintah Indonesia tengah menghadapi dilema terkait penyesuaian Harga Eceran Tertinggi (HET) komoditas beras. Setelah penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen (GKP) naik, kini muncul saran krusial. Saran tersebut adalah menaikkan HET untuk beras premium, bukan beras medium.
Rekomendasi ini datang dari Research Associate Centre of Reform on Economics (CORE), Sahara. Ia menekankan pentingnya mempertimbangkan pola konsumsi masyarakat. Kebijakan ini diharapkan dapat menyeimbangkan harga di seluruh rantai pasok.
Penyesuaian HET ini menjadi relevan setelah HPP GKP ditetapkan Rp6.500 per kilogram sejak awal tahun. Langkah ini juga menghapus kebijakan rafaksi harga. Tujuannya untuk memberikan perlindungan lebih bagi petani di tengah dinamika pasar pangan.
Prioritas Kenaikan HET Beras Premium
Sahara dari CORE mengemukakan alasan kuat mengapa HET beras premium lebih tepat untuk dinaikkan. Beras medium saat ini menjadi konsumsi utama bagi mayoritas penduduk Indonesia. Kenaikan harga pada jenis beras ini akan sangat berdampak pada daya beli masyarakat luas.
Sebaliknya, beras premium umumnya dikonsumsi oleh masyarakat dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Kelompok ini dinilai memiliki kapasitas finansial yang lebih baik untuk menyerap potensi kenaikan harga. Oleh karena itu, penyesuaian HET pada beras premium dianggap lebih minim risiko terhadap inflasi dan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah perlu cermat dalam mengambil keputusan ini. Kebijakan pangan harus selalu mengedepankan stabilitas harga dan ketersediaan pasokan. Memastikan harga beras medium tetap terjangkau adalah kunci menjaga ketahanan pangan nasional.
Dampak Penyesuaian HPP Gabah dan Kebutuhan HET
Penyesuaian HPP GKP menjadi Rp6.500 per kilogram adalah langkah penting dalam mendukung petani. Kebijakan ini diberlakukan sejak awal tahun dan bertujuan meningkatkan kesejahteraan mereka. Salah satu poin krusial adalah penghapusan rafaksi harga.
Penghapusan rafaksi berarti harga gabah dan beras dari petani tidak akan lagi dipotong berdasarkan kualitasnya. Ini memberikan kepastian pendapatan yang lebih baik bagi petani. Harapannya, petani akan tetap termotivasi untuk berproduksi.
Meskipun demikian, sejumlah pengamat berpendapat bahwa kenaikan HPP ini harus diikuti dengan penyesuaian HET beras. Tujuannya adalah menciptakan keseimbangan insentif di seluruh rantai pasok. Ini mencakup petani, penggilingan, hingga konsumen akhir.
Keseimbangan ini penting untuk menstabilkan harga beras sebagai komoditas pokok. Tanpa penyesuaian HET, kenaikan HPP bisa saja tidak sepenuhnya terserap oleh rantai pasok. Hal ini berpotensi menimbulkan ketidakseimbangan harga di pasar.
Pertimbangan Bapanas dalam Penyesuaian HET
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, sebelumnya telah menyatakan pemerintah akan mempertimbangkan penyesuaian HET beras. Pertimbangan ini menyusul penetapan HPP gabah kering panen yang baru. Fokus utama Bapanas adalah mencapai harga yang wajar.
Menurut Arief, penyesuaian HET memerlukan pertimbangan banyak aspek. Hal ini bertujuan untuk memastikan keadilan bagi semua pihak yang terlibat dalam rantai pasok perberasan. Keadilan harga harus dirasakan oleh petani, penggiling, pedagang, dan juga konsumen.
Aspek-aspek yang dipertimbangkan mencakup biaya produksi, margin keuntungan yang wajar, hingga daya beli masyarakat. Bapanas berkomitmen untuk mencari titik keseimbangan yang optimal. Kebijakan ini diharapkan dapat mendukung produksi dalam negeri.
Langkah ini juga diharapkan dapat menjaga stabilitas pasokan dan harga beras di pasar. Penyesuaian HET yang tepat akan membantu menciptakan ekosistem perberasan yang berkelanjutan. Ini penting bagi ketahanan pangan nasional secara keseluruhan.