Menjamurnya Agen Tiket Kapal Feri di Ciwandan: Mudahkan Pemudik, Tapi Harga Lebih Mahal?
Menjelang mudik Lebaran, agen penjual tiket kapal feri di Pelabuhan Ciwandan dan Merak, Banten menjamur, menawarkan kemudahan namun dengan harga yang lebih tinggi dari harga resmi.

Cilegon, 29 Maret 2024 - Meningkatnya jumlah agen penjual tiket penyeberangan di sekitar Pelabuhan Ciwandan dan Merak, Kota Cilegon, Banten, menjadi pemandangan umum menjelang musim mudik Lebaran. Para agen ini menawarkan jasa pembelian tiket kapal feri secara daring, baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat, dengan gerai-gerai yang mudah diakses oleh pemudik. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap pemudik, khususnya terkait harga dan kemudahan akses.
Pantauan ANTARA pada Sabtu dini hari menunjukkan keramaian di sekitar pelabuhan, dengan agen-agen tiket yang beroperasi di pinggir jalan, bahkan menawarkan jasa pembelian tiket langsung kepada pemudik yang melintas. Mereka terlihat menggunakan lightstick parkir untuk menarik perhatian calon pembeli. Kemudahan akses yang ditawarkan agen-agen ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pemudik yang mungkin tidak terbiasa membeli tiket secara daring melalui aplikasi resmi.
Namun, di balik kemudahan tersebut, terdapat potensi kerugian bagi pemudik. Seperti yang diungkapkan oleh Nita, seorang penjual tiket yang telah berjualan selama hampir lima tahun, penjualan tiket tahun ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Ia hanya mampu menjual 10 hingga 30 tiket per hari, jauh di bawah angka 100 tiket per hari pada tahun sebelumnya. Nita menduga penurunan ini disebabkan oleh kombinasi faktor, yaitu menurunnya jumlah pemudik dan meningkatnya persaingan antar agen tiket.
Harga Tiket dan Persaingan Agen
Nita mengakui bahwa agennya menawarkan berbagai kelas tiket, termasuk Reguler dan Express, dengan harga yang lebih tinggi dari harga resmi. Selisih harga berkisar antara Rp15.000 hingga Rp20.000. Hal ini senada dengan pengalaman Ahmad Riski, seorang pemudik asal Tangerang, yang terpaksa membeli tiket melalui agen karena keterbatasan waktu. Ia mengaku membeli tiket sepeda motor seharga Rp100.000, jauh lebih mahal dari harga resmi di aplikasi Ferizy yang hanya Rp60.000.
Riski mengakui selisih harga tersebut, namun ia beralasan bahwa kemudahan yang ditawarkan agen mengimbangi biaya tambahan. Kelelahan selama perjalanan membuatnya memilih cara yang lebih praktis, meskipun lebih mahal. Meskipun demikian, perbedaan harga yang signifikan tetap menjadi pertimbangan penting bagi pemudik yang ingin menghemat biaya perjalanan.
Pertumbuhan pesat agen tiket kapal feri ini menimbulkan pertanyaan tentang pengawasan dan regulasi yang diterapkan. Apakah selisih harga yang cukup signifikan ini dibenarkan? Bagaimana pemerintah memastikan agar pemudik tidak dirugikan oleh praktik-praktik yang kurang transparan? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu mendapat perhatian serius dari pihak berwenang agar tercipta sistem penyeberangan yang adil dan melindungi kepentingan pemudik.
Dampak Menjamurnya Agen Tiket Terhadap Pemudik
- Kemudahan Akses: Agen tiket menawarkan kemudahan bagi pemudik yang kurang familiar dengan pembelian tiket daring.
- Harga Lebih Mahal: Harga tiket yang ditawarkan agen cenderung lebih tinggi dibandingkan harga resmi.
- Potensi Penipuan: Meningkatnya jumlah agen juga berpotensi meningkatkan risiko penipuan.
- Persaingan Tidak Sehat: Persaingan yang ketat antar agen dapat berdampak negatif pada kualitas layanan.
Kesimpulannya, menjamurnya agen tiket kapal feri di sekitar Pelabuhan Ciwandan dan Merak memberikan kemudahan bagi sebagian pemudik, namun juga menimbulkan kekhawatiran terkait harga dan potensi penipuan. Perlu adanya pengawasan yang lebih ketat dan regulasi yang jelas untuk melindungi hak-hak konsumen dan menciptakan pasar yang lebih adil dan transparan.