Mudik Lebaran: Kapal Laut Jadi Pilihan Ekonomis Pemudik
Tingginya biaya transportasi udara membuat banyak pemudik di Tanjung Priok memilih jalur laut yang lebih ekonomis untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga.

Jakarta, 24 Maret 2024 (ANTARA) - Menjelang Idul Fitri 1446 Hijriah, sejumlah pemudik di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, memilih menggunakan transportasi laut sebagai alternatif mudik. Alasan utama mereka adalah biaya yang jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan transportasi udara. Pemudik bernama Ari, misalnya, memilih kapal laut karena harga tiket yang lebih murah.
Ari menjelaskan, "Murah aja, karena kalau pesawat mahal. Ini tiket harganya cuma Rp400 ribu lebih, berarti berdua sama anak sekitar Rp820.000." Ia membandingkan dengan biaya pesawat yang menurutnya mencapai lebih dari Rp1 juta per tiket. Dengan membawa anaknya, biaya perjalanan udara akan jauh lebih besar. Ari akan turun di Pelabuhan Kijang, Kepulauan Riau, menggunakan KM Ngappulu yang berangkat Senin sore.
Fenomena ini menunjukkan tren peningkatan pemudik yang memilih jalur laut sebagai solusi ekonomis. Bukan hanya Ari, banyak pemudik lain yang merasakan hal serupa. Tingginya biaya transportasi udara, terutama pada masa puncak mudik, mendorong masyarakat untuk mencari alternatif yang lebih terjangkau.
Lebih Hemat dengan Kapal Laut
Abdurrohman, pemudik lainnya, mengaku baru pertama kali mudik menggunakan kapal laut. Ia bersama istri dan dua anaknya akan menuju Medan dan turun di Pelabuhan Belawan. "Kemarin-kemarin naik pesawat sudah, naik bus juga sudah. Ini sekarang kapal laut," ujarnya. Ia mengungkapkan bahwa biaya tiket pesawat untuk empat orang mencapai Rp6 juta, sementara tiket kapal laut hanya sekitar Rp2 juta. Perbedaan biaya yang signifikan ini menjadi pertimbangan utama Abdurrohman dalam memilih moda transportasi.
Penghematan biaya menjadi faktor krusial bagi Abdurrohman dan keluarganya. Untuk dapat mudik, mereka harus menabung selama beberapa tahun. "Jadi lebih hemat, kami menabung beberapa tahun dulu sebelum bisa berangkat mudik," kata Abdurrohman. Ia bahkan harus mengumpulkan uang lebih dari Rp10 juta untuk membiayai perjalanan mudiknya yang tertunda selama empat tahun.
Kisah Ari dan Abdurrohman mewakili banyak pemudik lainnya yang terpaksa harus menabung bertahun-tahun demi dapat berkumpul bersama keluarga di kampung halaman. Hal ini menunjukkan betapa tingginya biaya transportasi udara menjadi kendala bagi sebagian masyarakat Indonesia dalam merayakan Idul Fitri.
Alternatif Moda Transportasi Mudik
Pilihan moda transportasi mudik sangat beragam, mulai dari pesawat terbang, kereta api, bus, hingga kapal laut. Setiap moda transportasi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, terutama dalam hal biaya dan waktu tempuh. Bagi pemudik yang memiliki keterbatasan dana, kapal laut menjadi pilihan yang lebih ekonomis, meskipun waktu tempuhnya lebih lama.
Pemerintah perlu memperhatikan aksesibilitas dan kenyamanan moda transportasi laut agar dapat menjadi pilihan yang lebih menarik bagi masyarakat. Peningkatan fasilitas dan pelayanan di pelabuhan, serta ketersediaan kapal yang memadai, akan mendorong lebih banyak masyarakat untuk memilih jalur laut sebagai alternatif mudik.
Dengan demikian, pilihan moda transportasi mudik tetap menjadi keputusan pribadi yang didasarkan pada berbagai faktor, termasuk pertimbangan biaya, waktu, dan kenyamanan.
Dari data yang dipaparkan, terlihat jelas bahwa faktor ekonomi menjadi pertimbangan utama bagi pemudik dalam memilih moda transportasi. Kondisi ini menunjukkan pentingnya pemerintah untuk terus berupaya menyediakan pilihan transportasi yang terjangkau dan aman bagi seluruh masyarakat Indonesia.