Menko AHY: Percantik Bandara Ngurah Rai, Bukan Tambah Terminal
Menko Infrastruktur Agus Harimurti Yudhoyono prioritaskan beautifikasi dan digitalisasi Bandara Ngurah Rai untuk optimalkan layanan, bukan perluasan fisik, guna tampung hingga 32 juta penumpang per tahun.

Badung, 23 Januari 2024 - Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko Infra), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menekankan pentingnya beautifikasi atau penataan estetika Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, untuk meningkatkan layanan. Hal ini disampaikan AHY dalam rapat koordinasi di Kabupaten Badung.
AHY menjelaskan bahwa optimalisasi Bandara Ngurah Rai tidak selalu berarti membangun terminal baru atau memperpanjang runway. Fokus utamanya adalah memaksimalkan potensi yang sudah ada. "Optimasi layanan kebandarudaraan dimulai dengan beautifikasi dan tata kelola yang baik," tegasnya. Strategi ini lebih efisien dan efektif daripada pembangunan fisik yang membutuhkan biaya besar.
Rapat koordinasi tersebut melibatkan Menteri Ekonomi Kreatif, Wakil Menteri Perhubungan, Wakil Menteri Kelautan dan Perikanan, Wakil Menteri Perdagangan, beberapa kementerian lain, Injourney, dan Pemerintah Daerah Bali. Semua pihak diajak untuk mendukung program optimalisasi ini.
Pentingnya optimalisasi Bandara Ngurah Rai tidak bisa dipandang sebelah mata. Bandara ini merupakan bandara tersibuk kedua di Indonesia setelah Bandara Soekarno-Hatta, dan 60 persen penumpangnya adalah wisatawan mancanegara. "Potensinya luar biasa, mengingat Bali menjadi tulang punggung pariwisata dan ekonomi kreatif nasional" tambah AHY. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas bandara sangat krusial.
Saat ini, Bandara I Gusti Ngurah Rai melayani 23-25 juta penumpang per tahun. Dengan berbagai upaya optimalisasi, targetnya adalah meningkatkan kapasitas hingga 32 juta penumpang per tahun. Ini menunjukkan ambisi besar untuk meningkatkan daya tampung bandara tanpa perlu pembangunan fisik yang besar.
Selain beautifikasi, digitalisasi juga menjadi kunci optimalisasi. Penerapan teknologi terkini akan meningkatkan kinerja manajemen bandara, terutama dalam hal pengaturan slot time dan analisis trafik penerbangan. "Manajemen bandara harus menggunakan teknologi cerdas untuk mengantisipasi lonjakan jumlah penumpang setiap tahunnya," jelas AHY.
Permasalahan tidak hanya terbatas pada kapasitas di dalam bandara, tetapi juga aksesibilitas keluar bandara. Kemacetan di Bali menjadi tantangan yang perlu diatasi. Salah satu solusi yang dipertimbangkan adalah pengembangan moda transportasi alternatif, seperti taksi air. "Konsep taksi air, yang sudah diterapkan di beberapa negara, bisa menghubungkan Bandara Ngurah Rai dengan destinasi wisata seperti Canggu," ujar Menko Infra.
Kesimpulannya, optimalisasi Bandara Ngurah Rai difokuskan pada peningkatan layanan melalui beautifikasi dan digitalisasi, bukan perluasan fisik. Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas bandara dan mengatasi masalah kemacetan akses menuju dan dari bandara, mendukung pariwisata Bali dan perekonomian nasional.