MPU Aceh Keluarkan 18 Poin Taushiyah Ramadhan: Jaga Ukhuwah dan Patuhi Aturan
Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh mengeluarkan 18 poin taushiyah Ramadhan 1446 H, menekankan pentingnya menjaga ukhuwah, menghargai perbedaan, dan mematuhi aturan pemerintah terkait ibadah dan aktivitas selama bulan suci.

Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh telah mengeluarkan taushiyah terkait pelaksanaan ibadah Ramadhan dan kegiatan keagamaan lainnya selama bulan suci 1446 Hijriah. Taushiyah yang terdiri dari 18 poin penting ini dikeluarkan pada Senin di Banda Aceh oleh Ketua MPU Aceh, Tgk Faisal Ali, atau yang lebih dikenal sebagai Lem Faisal. Taushiyah ini memberikan panduan komprehensif bagi masyarakat Aceh dalam menjalankan ibadah dan aktivitas selama bulan Ramadhan.
Salah satu poin penting yang ditekankan dalam taushiyah ini adalah ajakan kepada masyarakat Aceh untuk senantiasa menjaga ukhuwah Islamiyah dan menghargai perbedaan di tengah keberagaman. Selain itu, MPU Aceh juga meminta masyarakat untuk memperhatikan dan mematuhi keputusan pemerintah terkait penetapan awal Ramadhan. Hal ini menunjukkan pentingnya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam menciptakan suasana Ramadhan yang kondusif.
Taushiyah ini juga memberikan arahan kepada pemerintah untuk memfasilitasi berbagai kegiatan positif dalam menyambut bulan Ramadhan. Lem Faisal menekankan pentingnya menjadikan bulan Ramadhan sebagai momentum untuk meningkatkan pendidikan agama dan penguatan akhlakul karimah. Hal ini sejalan dengan upaya untuk menciptakan masyarakat Aceh yang beriman dan berakhlak mulia.
Pedoman Ibadah dan Aktivitas Selama Ramadhan
Taushiyah MPU Aceh memberikan pedoman yang jelas bagi masyarakat dalam menjalankan ibadah dan aktivitas selama bulan Ramadhan. Masyarakat diminta untuk menghindari kegiatan yang tidak sesuai dengan syariat Islam dan adat Aceh dalam menyambut bulan suci. Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota juga didorong untuk mengawasi dan menertibkan kegiatan yang dapat mengganggu kenyamanan ibadah, seperti balapan liar.
Untuk memastikan kenyamanan ibadah, pelaku usaha warung kopi, rumah makan, hotel, dan mal diminta untuk menutup tempat usaha mereka selama waktu shalat lima waktu, shalat Tarawih, dan shalat Witir. Hal ini bertujuan untuk memberikan ruang yang khusyuk bagi masyarakat untuk menjalankan ibadah.
MPU Aceh juga memberikan perhatian pada aspek kehalalan makanan dan minuman. Pemerintah diminta untuk memastikan tersedianya daging halal dan penyembelihan hewan meugang sesuai syariat Islam. Pelaku usaha kuliner juga diimbau untuk menghindari penggunaan bahan-bahan yang tidak halal dan berbahaya bagi kesehatan.
Menjaga Kehalalan dan Kesehatan
Taushiyah ini juga menekankan pentingnya memilih makanan dan minuman yang halal dan terjamin kualitasnya. Pelaku usaha kuliner diminta untuk menghindari penggunaan bahan haram, najis, dan zat-zat yang membahayakan kesehatan. Hal ini untuk menjamin kesehatan dan keselamatan masyarakat Aceh selama bulan Ramadhan.
Selain itu, masyarakat diimbau untuk menghindari pelanggaran syariat Islam dalam kegiatan buka puasa bersama, seperti ikhtilath (bercampur laki-laki dan perempuan). Kegiatan buka puasa bersama harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dan kesopanan.
MPU Aceh juga mendorong peningkatan pengetahuan agama, khususnya pendidikan Al-Quran, serta pengamalan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Silaturrahim dan kepedulian kepada anak yatim, fakir miskin, dan dhuafa juga menjadi poin penting dalam taushiyah ini.
Pentingnya Khidmat dan Kerukunan
Masyarakat Aceh diingatkan untuk melaksanakan ibadah Ramadhan, seperti shalat berjamaah, Tarawih, Witir, dan tadarus Al-Quran dengan khidmat dan benar. Para penceramah juga diminta untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan yang menyejukkan dan memotivasi umat dalam beramal shaleh.
Pemerintah Aceh diharapkan dapat membangun hubungan harmonis dengan semua lapisan masyarakat dan menjalankan syariat Islam dengan sebaik-baiknya. Penggunaan alat pengeras suara di masjid, meunasah, dan tempat ibadah lainnya juga diminta untuk disesuaikan agar tidak mengganggu kenyamanan masyarakat.
Dengan dikeluarkannya taushiyah ini, diharapkan masyarakat Aceh dapat menjalankan ibadah Ramadhan dengan khusyuk, penuh makna, dan tetap menjaga kerukunan serta kedamaian. Taushiyah ini menjadi panduan penting dalam menciptakan suasana Ramadhan yang Islami dan kondusif di Aceh.