OJK: Kinerja Perbankan Tetap Optimistis Meski Saham Koreksi
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan perbankan Indonesia tetap optimistis terhadap kinerja meskipun terjadi tren penurunan harga saham, didorong oleh fundamental yang kuat dan pengelolaan risiko yang prudent.

Jakarta, 04 Maret 2025 - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan kabar positif terkait kinerja sektor perbankan nasional. Meskipun tengah dihadapkan pada tren penurunan harga saham perbankan, kalangan perbankan tetap optimistis terhadap kinerja yang akan tetap baik ke depan. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner OJK Bulanan (RDKB) Februari 2025 di Jakarta.
Optimisme tersebut, menurut Dian, tercermin dari hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) triwulan I-2025. Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) berada di zona optimis, menunjukkan keyakinan perbankan terhadap prospek kinerja mendatang. Perbankan akan tetap fokus pada kinerja fundamental yang solid dan tata kelola yang baik untuk menjaga kepercayaan investor baik domestik maupun internasional. "Mereka juga akan tetap fokus pada kinerja fundamental yang solid dan tata kelola yang baik, sehingga akan tetap bisa menjaga kepercayaan investor baik domestik maupun internasional," ujar Dian.
OJK juga mendorong peningkatan transparansi dan komunikasi proaktif dari industri perbankan kepada investor ritel maupun institusi. Langkah ini bertujuan untuk meminimalkan asymmetric information dan mengevaluasi kesenjangan antara kinerja riil dengan persepsi pasar. Dian menegaskan, "Karena sebetulnya kalau saya dapat katakan, sekarang ini situasinya adalah perbedaan antara persepsi market dengan kondisi bank-bank kita yang sebetulnya dalam kondisi yang sangat baik secara fundamental."
Fundamental Perbankan yang Kuat
Dengan strategi yang lebih terarah dan pengelolaan risiko yang prudent, perbankan Indonesia optimis dapat menjaga pertumbuhan yang stabil di tengah dinamika ekonomi global dan domestik. Sektor perbankan tetap menjadi pilar utama perekonomian nasional. "Kita jangan lupa bahwa Indonesia itu masih bank-driven ekonomi. Jadi memang kecepatan atau tingginya pertumbuhan ekonomi kita juga akan sedikit banyak dipengaruhi oleh kinerja perbankan, sehingga kita memang harus betul-betul menjaga persepsi positif, menjaga kinerja perbankan kita itu dengan baik," tegas Dian.
OJK berkomitmen untuk terus memantau kondisi industri perbankan nasional dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memastikan kinerja perbankan yang baik terus dipertahankan dan ditingkatkan. Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan harga saham perbankan diakui terkait dengan aksi jual investor asing yang dipengaruhi faktor eksternal dan internal.
Faktor eksternal meliputi perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, ketidakpastian pasar keuangan global, penguatan ekonomi Amerika Serikat (AS), dampak kebijakan tarif yang menahan disinflasi di AS, dan terbatasnya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR). Penguatan dolar AS pasca-pemilu AS juga mempengaruhi pandangan investor terhadap aset berdenominasi rupiah, termasuk saham-saham blue chip seperti saham perbankan.
Sementara faktor internal meliputi kondisi likuiditas pasar dalam menyikapi situasi ekonomi global dan domestik yang belum stabil serta penurunan daya beli masyarakat. "Untuk faktor internal yang mempengaruhi, antara lain tentu kondisi likuiditas pasar dalam menyikapi situasi perekonomian global dan domestik yang masih belum stabil serta penurunan daya beli masyarakat," jelas Dian.
Penurunan Harga Saham Perbankan
Sebagai contoh, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatat penurunan harga saham paling dalam di antara bank-bank KBMI IV dalam tiga bulan terakhir, yaitu sebesar 24,08 persen. Penurunan harga saham juga dialami bank-bank lain, seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) turun 15,63 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) turun 14,75 persen, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 13,24 persen.
Meskipun terjadi koreksi harga saham, OJK menekankan bahwa kinerja fundamental perbankan Indonesia tetap solid. Komitmen terhadap transparansi, pengelolaan risiko yang prudent, dan kolaborasi dengan berbagai pihak akan memastikan sektor perbankan tetap menjadi penggerak utama perekonomian Indonesia.
Ke depannya, OJK akan terus memantau perkembangan situasi dan memastikan stabilitas sistem keuangan nasional tetap terjaga. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan investor dan memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berkelanjutan.