Otban Resmikan Penerbangan Perintis Manado-Melonguane-Miangas: Konektivitas Udara di Ujung Utara Indonesia Terbuka
Kemenhub melalui Otban Wilayah VIII resmikan penerbangan perintis Manado-Melonguane-Miangas, membuka konektivitas udara di wilayah terluar Indonesia dan meningkatkan aksesibilitas masyarakat.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Kantor Otoritas Bandar Udara (Otban) Wilayah VIII secara resmi telah membuka akses penerbangan Angkutan Udara Perintis Korwil Gorontalo di Sulawesi Utara. Penerbangan perdana rute Manado-Melonguane-Miangas (pulang pergi/PP) menandai sebuah langkah penting dalam meningkatkan konektivitas di wilayah terluar Indonesia. Peresmian ini dilaksanakan pada Selasa di Manado dan dihadiri oleh berbagai pihak terkait, termasuk perwakilan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), PT Angkasa Pura, Bea Cukai, dan pihak maskapai.
Kepala Otban Wilayah VIII, Ambar Suryoko, menjelaskan bahwa penerbangan perintis ini merupakan wujud nyata kehadiran negara dalam membuka akses transportasi udara di ujung utara Indonesia. Pembukaan rute ini diharapkan dapat mempermudah mobilitas masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah terpencil. Beliau menekankan pentingnya konektivitas untuk mempercepat pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. "Angkutan udara perintis ini sangat penting untuk menghubungkan daerah-daerah terisolir," ujar Ambar.
Dengan dibukanya rute Manado-Melonguane-Miangas, konektivitas udara di wilayah tersebut semakin meningkat. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi masyarakat, baik untuk keperluan ekonomi, pendidikan, kesehatan, maupun pariwisata. Pemerintah berharap program ini dapat berjalan lancar dan berkelanjutan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah-daerah yang dilayani.
Membuka Aksesibilitas di 10 Rute Terpencil
Penerbangan Angkutan Udara Perintis Korwil Gorontalo tahun anggaran 2025 ini tidak hanya melayani rute Manado-Melonguane-Miangas. Sebanyak sepuluh rute penerbangan perintis diresmikan, menghubungkan berbagai wilayah di Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara. Rute-rute tersebut antara lain Gorontalo-Pahuato (PP), Gorontalo-Buol (PP), Gorontalo-Luwuk-Banggai Laut (PP), Gorontalo-Bolmong-Manado (PP), Manado-Siau-Naha (PP), dan Manado-Melonguane-Miangas (PP).
Penerbangan ini dilayani oleh PT Asi Pudjiastuti Aviation (Susi Air) menggunakan pesawat Cessna Grand Caravan C 208 B dengan kapasitas maksimal 12 penumpang. Pemilihan jenis pesawat ini mempertimbangkan kondisi geografis dan infrastruktur bandara di daerah-daerah yang dilayani. Kapasitas yang terbatas mencerminkan fokus pada daerah-daerah yang belum terjangkau oleh penerbangan komersial reguler.
Ambar Suryoko berharap agar penerbangan perintis ini dapat meningkatkan konektivitas antar wilayah, mempermudah aktivitas masyarakat, dan mempercepat mobilitas antar daerah. Beliau juga menekankan pentingnya pengawasan untuk memastikan aspek keselamatan, keamanan, dan kenyamanan penerbangan selalu terpenuhi.
Prioritas Keselamatan dan Pengawasan Ketat
Dalam sambutannya, Ambar Suryoko juga menyampaikan pentingnya pengawasan ketat terhadap seluruh aspek penerbangan perintis ini. Hal ini untuk memastikan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan penumpang selama penerbangan. Seluruh pihak terkait, termasuk maskapai dan otoritas bandara, bertanggung jawab untuk memastikan standar operasional tetap dijaga.
Seremonial penerbangan perdana ditandai dengan pemotongan pita oleh para tamu undangan. Kehadiran perwakilan dari berbagai instansi, seperti BMKG, PT Angkasa Pura, Bea Cukai, dan Balai Karantina Kesehatan, menunjukkan komitmen bersama untuk mendukung keberhasilan program ini. Kerjasama antar instansi ini sangat krusial untuk memastikan kelancaran operasional penerbangan perintis.
Penerbangan perintis ini diharapkan dapat memberikan dampak signifikan bagi masyarakat di wilayah terpencil. Aksesibilitas yang lebih baik akan membuka peluang ekonomi baru, meningkatkan kualitas hidup, dan memperkuat integrasi nasional.
Dengan dibukanya akses penerbangan perintis ini, diharapkan konektivitas dan aksesibilitas di wilayah terluar Indonesia semakin meningkat, mendukung pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.