Papeda Labu: Solusi Kreatif Atasi Stunting di Papua?
Papeda labu, makanan tradisional Papua, kini menjadi solusi kreatif dalam upaya pemerintah mengatasi masalah stunting di wilayah tersebut, dengan dukungan influencer dan program pemerintah.
Papeda labu, makanan tradisional Papua yang terbuat dari sagu dan labu, tengah menjadi sorotan. Bukan hanya kelezatannya, papeda labu kini berperan penting dalam kampanye anti-stunting di beberapa wilayah Papua. Inisiatif ini berawal dari kreativitas warga dan kolaborasi dengan influencer lokal, lalu diadopsi oleh pemerintah.
Penggunaan papeda labu sebagai solusi stunting bermula dari kreativitas Merrit Waromi, seorang konten kreator yang mempromosikan kuliner Papua lewat media sosial. Kreasi papeda labu miliknya, yang awalnya dikenal lewat video di media sosial, kemudian semakin populer berkat kolaborasi dengan influencer Jeny Karay. Keduanya menyoroti manfaat gizi papeda labu, terutama untuk anak-anak dan ibu hamil.
Langkah ini mendapat apresiasi dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Papua. Sarles Brabar, Kepala Perwakilan BKKBN Papua, menyatakan bahwa papeda labu telah terbukti efektif dalam meningkatkan berat badan balita dan mengatasi kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil di Kabupaten Waropen sejak tahun 2024. Kini, papeda labu menjadi bagian dari program Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) dan 'Makan Bergizi Gratis' (MBG).
BKKBN Papua melihat potensi besar papeda labu, tidak hanya untuk mengatasi stunting, tetapi juga untuk memberdayakan UMKM lokal. Dengan mendorong pengolahan pangan lokal, BKKBN berharap dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Papua sambil meningkatkan gizi masyarakat. Inisiatif ini juga mendapat dukungan dari pemerintah daerah di beberapa wilayah Papua, seperti Mamberamo Tengah dan Merauke.
Meskipun program ini menjanjikan, tantangan tetap ada. Sosialisasi terkait pencegahan stunting, meliputi lima poin penting: penyediaan data keluarga berisiko stunting, pendampingan keluarga berisiko, pendampingan calon pengantin, audit kasus stunting, dan mini lokakarya, masih perlu ditingkatkan. Keberhasilan program ini bergantung pada kolaborasi berbagai pihak, termasuk pemerintah, influencer, dan masyarakat Papua itu sendiri.
Papeda labu bukan hanya sekadar makanan, tetapi menjadi simbol kolaborasi dan inovasi dalam mengatasi stunting di Papua. Kreativitas dalam mengolah sumber daya lokal menjadi solusi gizi, dikombinasikan dengan strategi pemasaran yang efektif, memberikan harapan baru dalam upaya menekan angka stunting di Provinsi Papua.
Ke depannya, perlu lebih banyak eksplorasi terhadap potensi pangan lokal Papua lainnya untuk menciptakan menu-menu bergizi yang terjangkau dan mudah diakses oleh masyarakat. Inovasi dan kolaborasi yang berkelanjutan sangat penting untuk menciptakan generasi Papua yang lebih sehat dan sejahtera.