Pawai Ogoh-Ogoh Anak di Jembrana: Warisi Tradisi Nyepi untuk Generasi Muda
Pawai ogoh-ogoh anak-anak di Jembrana, Bali, sukses meriahkan perayaan menjelang Nyepi, sekaligus melestarikan tradisi bagi generasi muda.
Jembrana, Bali, 19 Maret 2024 - Suasana meriah menyelimuti Kabupaten Jembrana, Bali, jelang perayaan Hari Raya Nyepi. Pawai ogoh-ogoh anak-anak yang diselenggarakan pada Rabu lalu menjadi daya tarik tersendiri, sekaligus upaya pelestarian tradisi bagi generasi penerus. Kegiatan ini melibatkan puluhan kelompok anak-anak dengan beragam ogoh-ogoh unik dan menarik, menunjukkan antusiasme tinggi dalam menjaga warisan budaya Bali.
Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan, turut hadir dan menyampaikan rasa optimismenya. "Dengan melibatkan anak-anak dalam pawai ogoh-ogoh, saya tidak khawatir budaya dan tradisi setiap menjelang Hari Raya Nyepi di Bali ini akan punah. Saya yakin tradisi dan budaya ini akan tetap ada meskipun 100 tahun lagi," ujarnya saat membuka acara tersebut di Negara. Beliau menekankan pentingnya regenerasi budaya melalui kegiatan seperti ini untuk memastikan kelangsungan tradisi Bali di masa depan.
Pawai ogoh-ogoh anak-anak ini bukan hanya sekadar hiburan semata. Lebih dari itu, kegiatan ini merupakan upaya nyata untuk menanamkan nilai-nilai budaya dan tradisi Bali sejak usia dini. Dengan demikian, diharapkan generasi muda akan tumbuh dengan pemahaman dan kecintaan yang mendalam terhadap warisan leluhur mereka. Hal ini sejalan dengan filosofi yang diyakini oleh Bupati Jembrana, bahwa pengenalan budaya sejak dini akan membentuk perilaku seseorang hingga dewasa.
Meriahnya Pawai Ogoh-Ogoh Anak-Anak
Sebanyak 33 kelompok anak-anak berpartisipasi dalam pawai tersebut, menampilkan 83 buah ogoh-ogoh yang beragam bentuk dan ukurannya. Kreativitas dan semangat anak-anak dalam menciptakan dan mengarak ogoh-ogoh ini patut diapresiasi. Kehadiran ogoh-ogoh yang unik dan penuh warna menambah semarak suasana pawai, menarik perhatian banyak warga Jembrana.
Pemerintah Kabupaten Jembrana sendiri tidak bekerja sendiri dalam menyelenggarakan pawai ini. Kerja sama dengan berbagai pihak, seperti Peradah Jembrana, Kelompok Kerja Bunda PAUD Jembrana, Ikatan Guru Taman Kanak-kanak, dan organisasi lainnya, menjadi kunci suksesnya acara ini. Sinergi dan kolaborasi tersebut menunjukkan komitmen bersama dalam melestarikan budaya Bali.
AA.B Hendra Sugihantara Putra selaku Ketua Panitia Penyelenggara menjelaskan makna di balik setiap ogoh-ogoh yang diarak. "Dalam setiap ogoh-ogoh ada harapan, impian dan semangat dari anak-anak yang membuat dan mengusungnya. Mereka adalah masa depan bangsa dan pewaris tradisi dan budaya. Karena itu kegiatan seperti ini harus rutin dilaksanakan," katanya. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya peran generasi muda dalam menjaga kelestarian budaya.
Makna Filosofis Ogoh-Ogoh dalam Tradisi Nyepi
Tradisi pembuatan dan pengarakkan ogoh-ogoh menjelang Nyepi telah berlangsung turun-temurun di Bali. Ogoh-ogoh, yang biasanya berbentuk patung menyeramkan, melambangkan kejahatan dan hal-hal negatif. Proses pengarakkan dan pembakaran ogoh-ogoh memiliki makna filosofis yang mendalam.
Wayan Udiana, seorang budayawan dan seniman di Kabupaten Jembrana, menjelaskan, "Secara filosofi, ogoh-ogoh yang diarak kemudian dibakar merupakan simbol pembersihan dari kejahatan menjelang Hari Raya Nyepi, yang juga menandai dimulainya tahun baru caka. Sehingga umat bisa memulai tahun baru dengan alam dan diri yang bersih." Pembakaran ogoh-ogoh menjadi simbol penyucian diri dan alam semesta sebelum memasuki tahun baru Saka.
Pawai ogoh-ogoh anak-anak di Jembrana ini tidak hanya sekadar menampilkan kreativitas dan keahlian anak-anak, tetapi juga menjadi wahana edukasi dan pelestarian budaya yang efektif. Dengan melibatkan generasi muda secara aktif, tradisi Nyepi diharapkan tetap lestari dan diwariskan kepada generasi mendatang. Kegiatan ini juga menjadi bukti nyata komitmen pemerintah daerah dan masyarakat Jembrana dalam menjaga warisan budaya Bali.
Keberhasilan pawai ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain di Bali untuk menyelenggarakan kegiatan serupa, sehingga tradisi Nyepi tetap hidup dan bermakna bagi generasi muda Indonesia.