Penanganan Pascabanjir Cisarua Butuh Tindakan Segera, 6 Jembatan Putus!
Wamen PU Diana Kusumastuti mendesak penanganan segera pascabanjir di Cisarua, Bogor, termasuk relokasi warga bantaran sungai dan perbaikan enam jembatan yang putus akibat banjir bandang.

Banjir bandang yang menerjang Cisarua, Bogor, pada Minggu (2/3) telah mengakibatkan kerusakan infrastruktur dan kerugian besar bagi masyarakat. Wakil Menteri Pekerjaan Umum (Wamen PU), Diana Kusumastuti, langsung turun ke lokasi untuk meninjau dampak bencana dan mendesak dilakukannya penanganan pascabanjir secara cepat dan terkoordinasi.
Bencana alam ini disebabkan oleh intensitas hujan yang sangat tinggi di wilayah Puncak Bogor, mengakibatkan debit air Sungai Ciliwung meningkat drastis hingga meluap dan merusak sejumlah jembatan yang menjadi akses utama warga. Akibatnya, enam jembatan dilaporkan putus, menghambat mobilitas warga dan mengisolasi beberapa desa. Wamen PU juga menyampaikan keprihatinannya atas dampak yang dialami masyarakat, baik yang masih mengungsi maupun yang telah kembali ke rumah.
Langkah-langkah penanganan pascabanjir ini, menurut Wamen PU, harus dilakukan dengan koordinasi lintas sektoral antara pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah Kabupaten Bogor. Hal ini penting untuk memastikan efektivitas dan efisiensi bantuan yang diberikan kepada masyarakat yang terdampak.
Kerusakan Infrastruktur dan Relokasi Warga
Wamen PU Diana Kusumastuti menekankan pentingnya perbaikan enam jembatan yang putus. Ia juga mengimbau agar pembangunan jembatan di masa mendatang harus mendapatkan rekomendasi teknis dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU untuk memastikan keamanan dan ketahanan infrastruktur tersebut. "Saya lihat sungai-sungai ini terhalang oleh konstruksi jembatan," ujarnya dalam keterangan tertulis.
Selain perbaikan infrastruktur, relokasi warga yang tinggal di bantaran sungai juga menjadi fokus utama penanganan pascabanjir. Wamen PU menyoroti penyempitan badan sungai akibat banyaknya rumah yang dibangun di bantaran, yang memperparah dampak banjir. "Saya melihat bahwa sungai yang dulunya lebar, sekarang menjadi sempit karena banyak sekali rumah-rumah di bantaran sungai. Air itu tentunya mencari jalannya sendiri, sehingga harapan saya jangan dihuni," tegasnya.
Relokasi ini bertujuan untuk mengurangi risiko bencana di masa mendatang dan memberikan tempat tinggal yang lebih aman bagi warga. Pemerintah akan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan proses relokasi berjalan lancar dan memberikan solusi hunian yang layak bagi warga terdampak.
Peninjauan Lokasi dan Infrastruktur
Dalam kunjungannya ke Cisarua, Wamen PU meninjau lokasi pengungsian di Desa Tugu dan Jembatan Hankam yang putus. Jembatan Hankam merupakan akses utama penghubung Desa Lewimalang dan Jogjogan, sehingga kerusakannya sangat mengganggu mobilitas warga. Perbaikan jembatan ini menjadi prioritas utama dalam upaya pemulihan pascabanjir.
Selain meninjau lokasi terdampak, Wamen PU juga mengunjungi Bendungan Ciawi. Bendungan ini memiliki kapasitas tampung 6,05 juta meter kubik air dan mampu mengurangi debit banjir hingga 111,75 meter kubik per detik. Keberadaan bendungan ini diharapkan dapat membantu mengurangi dampak banjir di Jakarta dengan menahan aliran air dari Gunung Gede dan Gunung Pangrango sebelum mencapai Bendung Katulampa.
Keberadaan bendungan ini menunjukkan pentingnya infrastruktur pengendalian banjir dalam mengurangi risiko bencana. Namun, upaya tersebut perlu diimbangi dengan langkah-langkah mitigasi lainnya, termasuk relokasi warga dan pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan.
Penanganan pascabanjir di Cisarua membutuhkan kerja sama dan koordinasi yang baik dari berbagai pihak. Perbaikan infrastruktur, relokasi warga, dan upaya mitigasi bencana lainnya harus dilakukan secara terpadu untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Semoga upaya ini dapat meringankan beban masyarakat yang terdampak dan mengembalikan kehidupan normal di Cisarua.