Pengakuan HAKI 'Sound Horeg': Perlu Kajian Cermat, Akademisi UM Surabaya Ungkap Dampaknya
Akademisi UM Surabaya menyoroti perlunya kajian cermat terkait perlindungan HAKI untuk 'sound horeg', menimbang potensi dampak positif dan negatifnya bagi masyarakat.

Surabaya, 25 April 2024 (ANTARA) - Radius Setiyawan, akademisi dari Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS), menyatakan perlunya kajian mendalam terkait pengakuan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk "sound horeg." Ia menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya bagi masyarakat. Pernyataan ini muncul menyusul perdebatan seputar perlindungan hukum terhadap fenomena budaya populer yang kontroversial ini.
Sebagai dosen Kajian Media dan Budaya UMS, Radius melihat "sound horeg" sebagai bagian dari ekspresi budaya populer yang memiliki nilai artistik dan potensi kreatif. Namun, ia mengingatkan bahwa tanpa edukasi, regulasi, dan sensitivitas sosial yang memadai, fenomena ini justru dapat menimbulkan gangguan, bukannya hiburan.
Wakil Rektor Bidang Riset, Kerja Sama, dan Digitalisasi UM Surabaya ini menambahkan, "Bukan berarti 'sound horeg' sepenuhnya negatif. Sebagai ekspresi budaya populer, ia tetap punya nilai artistik dan potensi kreatif. Namun, tanpa edukasi, regulasi, dan sensitivitas sosial yang memadai, ia bisa menjadi bentuk gangguan sosial."
Dampak Negatif "Sound Horeg" dan Pertimbangan Sosial
Salah satu kritik utama masyarakat terhadap "sound horeg" adalah tingkat kebisingannya yang seringkali melebihi ambang batas aman pendengaran. Kondisi ini, menurut Radius, mengganggu ketertiban dan kenyamanan publik, terutama di lingkungan padat penduduk, dekat tempat ibadah, atau pada malam hari. "Kondisi ini dinilai mengganggu ketertiban dan kenyamanan, terutama di lingkungan padat penduduk, dekat tempat ibadah, atau pada malam hari," ujarnya.
Lebih lanjut, Radius menjelaskan bahwa dalam kajian sosiologi suara, fenomena suara keras seperti "sound horeg" dapat merefleksikan pembagian kelas sosial dan nilai-nilai budaya tertentu. Musik keras ini sering dijumpai di ruang publik atau acara komunitas anak muda, menjadikannya sebuah identitas sosial bagi kelompok tertentu. Namun, kelompok lain, terutama yang lebih tua atau konservatif, seringkali menganggapnya sebagai gangguan.
Di lingkungan perkotaan yang padat, keberadaan "sound horeg" menciptakan perbedaan pengalaman ruang. Ada kelompok yang menikmati musik tersebut, sementara kelompok lain merasa terganggu atau terasingkan. Ini menunjukkan kompleksitas sosial yang perlu dipertimbangkan dalam konteks perlindungan HAKI.
"Sound Horeg": Identitas Budaya Anak Muda di Era Modern
Sebagai pengkaji budaya populer, Radius memandang "sound horeg" sebagai medium identitas budaya anak muda, memadukan unsur musik tradisional dengan teknologi dan gaya hidup modern. Fenomena ini, menurutnya, mencerminkan perubahan sosial dalam menghadapi modernisasi dan globalisasi.
Ia berpendapat bahwa anak muda yang mengadopsi "sound horeg" mungkin ingin menunjukkan identitas yang lebih progresif atau bahkan menentang norma-norma budaya tradisional. "Anak muda yang mengadopsi 'sound horeg' mungkin ingin menunjukkan identitas mereka yang lebih progresif atau bahkan menentang norma-norma budaya tradisional," katanya.
Meskipun demikian, Radius menekankan pentingnya regulasi yang adil dan transparan dalam memberikan perlindungan HAKI. Ia mengingatkan bahwa tanpa pengaturan yang tepat, pengakuan HAKI justru bisa menimbulkan monopoli dan menghambat inovasi. "Jika tidak dikelola dengan baik, perlindungan HAKI bisa mengarah pada monopoli dan menghambat perkembangan karya-karya baru yang terinspirasi dari 'sound horeg' itu sendiri," tegasnya.
Rekomendasi dan Kesimpulan
Radius merekomendasikan agar pengakuan terhadap "sound horeg" dilakukan dengan pendekatan yang menghargai keberagaman budaya dan membuka ruang bagi kreativitas lokal. Regulasi yang adil dan transparan sangat diperlukan untuk memastikan bahwa langkah ini tidak merugikan keberagaman budaya dan kreativitas lokal. Kajian yang cermat dan komprehensif menjadi kunci dalam menentukan langkah selanjutnya terkait perlindungan HAKI untuk "sound horeg", mempertimbangkan aspek hukum, sosial, dan budaya secara seimbang.
Penting untuk diingat bahwa perlindungan HAKI bukan hanya tentang hak individu, tetapi juga tentang keseimbangan antara hak individu dan kepentingan masyarakat luas. Oleh karena itu, diskusi publik dan kajian akademis yang lebih mendalam sangat dibutuhkan sebelum mengambil keputusan terkait perlindungan HAKI untuk "sound horeg."