Perahu Eretan Pesanggrahan: 37 Tahun Layani Siswa, Jembatan Alternatif Terganjal Tawuran
Perahu eretan di Kali Pesanggrahan telah beroperasi sejak 1987, membantu siswa menyeberang, meski rencana pembangunan jembatan terhambat oleh kekhawatiran akan peningkatan tawuran pelajar.

Perahu Eretan Pesanggrahan: Sejarah dan Tantangannya
Sejak tahun 1987, perahu eretan di Kali Pesanggrahan telah menjadi bagian integral kehidupan warga, khususnya siswa di sekitar MTsN 13 Jakarta dan SMPN 31 Jakarta. Hermawan (29), salah satu pekerja perahu, menceritakan sejarah transportasi unik ini. Letaknya yang strategis menghubungkan dua sekolah tersebut membuat perahu ini menjadi solusi penyeberangan yang vital.
Berawal dari Kekhawatiran Ayah
Ide membangun perahu eretan muncul dari keluarga Hermawan. Sang ayah, yang prihatin akan keselamatan anak-anak sekolah yang harus menyeberangi kali dengan jembatan bambu yang rapuh dan berbahaya, khususnya saat musim hujan, akhirnya memutuskan untuk menyediakan alternatif transportasi yang lebih aman. Jembatan bambu tersebut, menurut Hermawan, seringkali rusak dan bahkan hilang terbawa banjir.
"Niatnya membantu warga, khususnya anak sekolah. Dulu kan pernah dibikin jembatan bambu, tapi nggak kuat. Kalau banjir gede, langsung hilang," kata Hermawan.
Layanan Penyeberangan Ramah Lingkungan
Perahu eretan ini beroperasi dengan biaya terjangkau. Hermawan menjelaskan, "Sekali jalan Rp2 ribu. Jadi kalau bolak-balik Rp4 ribu." Dengan penghasilan sekitar Rp50 ribu per hari, Hermawan dan rekannya berbagi tugas; satu mengoperasikan perahu, sementara yang lain mengumpulkan ongkos dari para penumpang, yang sebagian besar adalah siswa.
Meskipun penghasilan bisa lebih besar jika ia bekerja sendiri, Hermawan memilih untuk berbagi dengan rekannya. Sistem kerja sama ini menunjukkan semangat kebersamaan dalam menjalankan usaha penyeberangan yang ramah lingkungan ini.
Rencana Jembatan dan Pertimbangan Sosial
Meskipun perahu eretan telah memberikan solusi selama puluhan tahun, rencana pembangunan jembatan sempat muncul pada tahun 2005. Namun, Lurah Ulujami, Yudha Irawan, menjelaskan bahwa rencana tersebut tertunda karena pertimbangan sosial. Lokasi jembatan yang diapit oleh beberapa sekolah dikhawatirkan akan memicu peningkatan angka tawuran pelajar yang pada saat itu cukup tinggi.
"Pertimbangan waktu itu, karena diapit banyak sekolah, yang pada saat itu tawuran lagi tinggi-tingginya di kalangan pelajar," jelas Yudha.
Usulan Pembangunan Jembatan Kembali Menguat
Terlepas dari pertimbangan tersebut, usulan pembangunan jembatan kembali mencuat. Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Astrid Khairunnisha (Astrid Kuya), mengajak Komisi D untuk membahas pembangunan jembatan di Ulujami sebagai solusi jangka panjang. Hal ini menunjukkan adanya upaya untuk mencari solusi yang lebih permanen dan aman bagi siswa yang masih mengandalkan perahu eretan.
"Jembatan perorangan, nanti saya ngobrol dengan Komisi D kan terkait pembangunan," kata Astrid.
Kesimpulan: Antara Tradisi dan Modernisasi
Perahu eretan di Kali Pesanggrahan bukan sekadar alat transportasi, tetapi juga cerminan sejarah dan adaptasi masyarakat terhadap lingkungan. Keberadaannya selama 37 tahun menunjukkan keuletan dan kepedulian warga terhadap kebutuhan pendidikan anak-anak. Namun, dengan perkembangan zaman dan pertimbangan keamanan, rencana pembangunan jembatan tetap menjadi topik yang perlu dikaji dan dipertimbangkan secara matang agar dapat memberikan solusi terbaik bagi semua pihak.