Peringatan Dini! Gelombang Tinggi hingga 2,5 Meter Ancam Selat Badung, Bali
BBMKG Wilayah III Denpasar mengeluarkan peringatan dini gelombang laut tinggi hingga 2,5 meter di Selat Badung dan sekitarnya pada 26 Februari hingga 1 Maret 2025, berdampak pada nelayan, wisatawan bahari, dan penyeberangan.

Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mengeluarkan peringatan dini terkait potensi gelombang laut tinggi yang mencapai 2,5 meter di Selat Badung, Bali. Peringatan ini berlaku mulai tanggal 26 Februari hingga 1 Maret 2025. Peringatan tersebut disampaikan langsung oleh Kepala BBMKG Wilayah III, Cahyo Nugroho, di Denpasar pada Rabu lalu. Peringatan ini ditujukan kepada masyarakat umum, nelayan, dan pelaku wisata bahari di sekitar Selat Badung dan perairan sekitarnya.
Menurut pengamatan BBMKG, pola angin di perairan utara Bali umumnya bergerak dari barat daya-barat laut dengan kecepatan hingga 20 knot (sekitar 37 km/jam). Sementara itu, di perairan selatan Bali, angin bergerak dari selatan-barat dengan kecepatan hingga 15 knot (sekitar 27 km/jam). Kondisi ini berpotensi menyebabkan gelombang laut yang cukup tinggi.
Selain Selat Badung, peringatan gelombang tinggi juga dikeluarkan untuk beberapa wilayah perairan lainnya di Bali, termasuk Selat Bali bagian selatan, Selat Lombok bagian selatan, dan perairan selatan Bali. Semua wilayah tersebut diperkirakan akan mengalami gelombang laut setinggi 2,5 meter selama periode tersebut. Hal ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran bagi para pengguna jalur laut di wilayah tersebut.
Waspada Gelombang Tinggi di Selat Badung dan Sekitarnya
Selat Badung sendiri merupakan jalur lalu lintas laut yang cukup vital. Selat ini menjadi jalur utama nelayan dan penyeberangan dari Kota Denpasar menuju Pulau Nusa Penida di Kabupaten Klungkung. Dengan adanya potensi gelombang tinggi ini, keselamatan para nelayan dan penumpang penyeberangan menjadi perhatian utama.
BBMKG juga memberikan perhatian khusus pada Selat Bali yang merupakan jalur wisata, nelayan, dan penyeberangan Bali-Jawa. Begitu pula dengan Selat Lombok yang berfungsi sebagai jalur nelayan, wisata, dan penyeberangan Bali-Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gelombang tinggi berpotensi mengganggu aktivitas di jalur-jalur laut tersebut.
Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho, mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. "Masyarakat umum, nelayan dan pelaku wisata bahari waspadai potensi ketinggian gelombang laut," katanya. Imbauan ini penting untuk meminimalisir risiko kecelakaan laut akibat gelombang tinggi.
Kondisi Cuaca dan Faktor Penyebab Gelombang Tinggi
Kondisi cuaca di Bali pada periode 26-28 Februari 2025 dipengaruhi oleh gelombang ekuator rossby. Gelombang ini mendorong pertumbuhan awan hujan di sekitar Bali. Suhu muka laut di sekitar Bali berkisar antara 28-30 derajat Celcius. Kondisi ini, dikombinasikan dengan massa udara basah yang terkonsentrasi dari lapisan permukaan hingga 500 milibar (5.500 meter), berkontribusi pada potensi gelombang tinggi.
Bali saat ini masih berada dalam musim hujan dengan indeks SOI (Southern Oscillation Index) bernilai +20.8. Nilai SOI ini menunjukkan pengaruh terhadap peningkatan pola konvektif di sebagian wilayah Indonesia bagian timur, termasuk Bali. Kondisi ini semakin memperkuat potensi cuaca ekstrem.
Selain gelombang tinggi, masyarakat juga diimbau untuk mewaspadai potensi dampak cuaca ekstrem lainnya seperti genangan air, banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang. Penting bagi masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca terkini dari BBMKG dan mengikuti arahan dari pihak berwenang.
BBMKG mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan selalu mengikuti perkembangan informasi cuaca terkini. Keselamatan dan kewaspadaan merupakan kunci utama dalam menghadapi potensi bahaya gelombang tinggi dan cuaca ekstrem di wilayah Bali.