Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Sorot Lima Pokok Krisis di HUT ke-75
PGI memperingati HUT ke-75 dengan menyoroti lima polikrisis utama yang dihadapi Indonesia: kesatuan gereja, ekologi, keluarga, pendidikan, dan teknologi.

Jakarta, 5 Maret 2024 (ANTARA) - Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dalam peringatan HUT ke-75-nya menyoroti lima tantangan besar berupa polikrisis yang dihadapi gereja dan bangsa Indonesia. Peringatan ini bukan hanya perayaan, tetapi juga momentum refleksi dan panggilan untuk bertindak. Sekretaris Umum PGI, Pdt. Darwin Darmawan, menyampaikan hal ini dalam konferensi pers di Jakarta.
Lima polikrisis tersebut meliputi krisis kesatuan gereja, krisis ekologi, krisis keluarga, krisis pendidikan, dan krisis teknologi yang dipicu oleh perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI). PGI mengajak seluruh gereja untuk bersatu dan mengambil peran aktif dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut demi kemajuan bangsa Indonesia.
"Perayaan ini juga menjadi kesempatan bagi PGI untuk menyoroti berbagai krisis yang dihadapi bangsa," ujar Pdt. Darwin Darmawan. Ia menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan gereja dalam menghadapi tantangan bersama, karena masih ada ego sektoral yang menghambat terwujudnya persatuan yang utuh.
Krisis Kesatuan Gereja: Mengatasi Ego Sektoral
Salah satu tantangan utama yang dihadapi PGI adalah kurangnya kesatuan di antara gereja-gereja di Indonesia. Pdt. Darwin menyoroti masih adanya ego sektoral yang menghambat kerja sama dan persatuan antar gereja. "Di mana kadang-kadang gereja sering terjebak pada ego masing-masing belum merasa satu," katanya. PGI mendorong terciptanya dialog dan kolaborasi yang lebih intensif antar gereja untuk menghadapi tantangan bersama.
PGI mengajak gereja-gereja untuk lebih terbuka dan saling mendukung satu sama lain. Dengan demikian, gereja dapat menjadi lebih efektif dalam menjalankan perannya sebagai agen perubahan di tengah masyarakat.
Langkah konkret yang perlu dilakukan adalah meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar gereja, serta membangun rasa saling percaya dan pengertian.
Krisis Ekologi: Menjaga Kelestarian Lingkungan
Krisis ekologi, terutama pemanasan global, menjadi perhatian serius bagi PGI. Pdt. Darwin menekankan dampak buruk pemanasan global yang semakin parah jika tidak ditangani secara serius. "Gereja perlu berperan aktif dalam menjaga lingkungan dan mendukung keberlanjutan ekosistem," tegasnya.
PGI mendorong gereja-gereja untuk mengimplementasikan program-program ramah lingkungan, seperti penghematan energi, pengelolaan sampah, dan pelestarian hutan. Selain itu, PGI juga mengajak umat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.
Upaya ini meliputi edukasi lingkungan kepada jemaat, advokasi kebijakan lingkungan yang berkelanjutan, dan partisipasi aktif dalam gerakan lingkungan.
Krisis Keluarga: Memperkuat Ketahanan Keluarga
Krisis keluarga juga menjadi sorotan PGI. Isu seperti Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), perlindungan hak perempuan dan anak, serta kerapuhan keluarga menjadi perhatian serius. Gereja diharapkan dapat menjadi tempat yang mendukung ketahanan keluarga.
PGI mendorong gereja-gereja untuk memberikan konseling dan pendampingan bagi keluarga yang mengalami masalah. Selain itu, PGI juga mengajak gereja untuk aktif dalam kampanye pencegahan KDRT dan perlindungan anak.
Program-program yang mendukung ketahanan keluarga, seperti pendidikan keluarga dan konseling pra-nikah, juga perlu ditingkatkan.
Krisis Pendidikan: Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Krisis pendidikan ditandai dengan rendahnya tingkat literasi masyarakat dan tantangan bagi sekolah-sekolah Kristen untuk tetap relevan. PGI berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan agar dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.
PGI akan mendukung sekolah-sekolah Kristen dalam meningkatkan kualitas pendidikan, baik dari segi kurikulum maupun sarana dan prasarana. Selain itu, PGI juga akan mendorong peningkatan literasi masyarakat melalui berbagai program.
Program-program tersebut meliputi pelatihan guru, pengembangan kurikulum, dan penyediaan buku bacaan yang berkualitas.
Krisis Teknologi dan Kecerdasan Buatan (AI): Menghadapi Disrupsi Teknologi
Perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan (AI) menjadi peluang sekaligus tantangan. Gereja harus siap menghadapi disrupsi ini agar teknologi dapat digunakan untuk kebaikan, bukan menjadi ancaman. "Gereja-gereja yang bersatu, perlu tangguh menghadapi krisis, tapi juga relevan di tengah-tengah krisis ini bisa menjadi jawaban, menjadi solusi. Di tengah kegelapan gereja bisa menjadi terang," kata Pdt. Darwin.
PGI mendorong gereja-gereja untuk memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. Namun, PGI juga mengingatkan akan pentingnya bijak dalam menggunakan teknologi agar tidak menimbulkan dampak negatif.
Persiapan menghadapi disrupsi teknologi ini meliputi pelatihan digital untuk para pelayan gereja dan pengembangan aplikasi berbasis teknologi untuk pelayanan.
Puncak perayaan HUT ke-75 PGI akan diadakan pada 30 Mei 2025 di ICE BSD, Tangerang, diharapkan dihadiri sekitar 10 ribu orang dari berbagai gereja di Jabodetabek.