Petani Aceh Raup Jutaan Rupiah dari Timun Suri Selama Ramadhan
Petani timun suri di Aceh Besar meraup keuntungan hingga jutaan rupiah selama Ramadhan karena tingginya permintaan buah tersebut untuk minuman buka puasa.

Banda Aceh, 7 Maret 2025 (ANTARA) - Yusfuadi, seorang petani timun suri di Gampong Cot Cut, Aceh Besar, berhasil meraih keuntungan hingga Rp4 juta selama Ramadhan tahun ini. Keberhasilan ini didapat dari penjualan timun suri yang laris manis di pasaran. Hal ini menunjukkan potensi ekonomi yang signifikan dari komoditas pertanian lokal ini, khususnya selama bulan Ramadhan.
Yusfuadi mengungkapkan bahwa pendapatannya mencapai Rp350.000 hingga Rp400.000 per hari selama Ramadhan. Ia menanam timun suri secara khusus menjelang Ramadhan, sebuah tradisi turun-temurun dalam keluarganya. Hal ini didorong oleh tingginya permintaan timun suri sebagai bahan baku minuman buka puasa.
“Sudah sejak kecil bersama ayah menanam timun suri karena beliau bilang akan laris saat dijual pada bulan puasa,” ungkap Yusfuadi, seorang guru SD Negeri Cot Keueng berusia 43 tahun. Ia memulai menanam timun suri sejak 7 Januari 2025, memperhitungkan masa panen agar bertepatan dengan Ramadhan. Dengan waktu panen hanya 54 hari, strategi ini terbukti efektif.
Panen Raya Timun Suri dan Strategi Pemasaran
Yusfuadi berhasil memanen 60 timun suri per hari selama seminggu di lahan seluas 20x15 meter persegi. Ia menjual hasil panennya kepada pengecer keliling (mugee) dengan harga Rp8.000 untuk timun suri seberat 500 gram dan Rp15.000 untuk timun seberat 1 kg. Namun, jika dijual langsung ke konsumen, ia menaikkan harga menjadi Rp10.000 dan Rp20.000.
Dengan strategi pemasaran ini, Yusfuadi memperkirakan keuntungannya mencapai Rp4-6 juta dari hasil panen Ramadhan tahun ini. Keberhasilannya ini menginspirasi petani lain untuk memanfaatkan potensi pasar timun suri selama bulan Ramadhan.
Petani lain, Husaini dari Gampong Mireuk Lamreudep, Kecamatan Baitussalam, juga merasakan manisnya keuntungan dari menanam timun suri. Tahun lalu, ia meraup keuntungan hingga Rp12 juta dari lahan seluas 200 meter persegi. Pendapatannya mencapai Rp500.000 per hari. Namun, tahun ini ia mengalami gagal panen akibat curah hujan yang tinggi.
Tantangan dan Peluang Budidaya Timun Suri
Meskipun terdapat tantangan seperti gagal panen akibat cuaca, budidaya timun suri di Aceh Besar menunjukkan potensi ekonomi yang menjanjikan, khususnya bagi petani. Tingginya permintaan selama Ramadhan menciptakan peluang pasar yang besar. Hal ini mendorong para petani untuk terus mengembangkan budidaya timun suri dengan memperhatikan faktor cuaca dan teknik pertanian yang tepat.
Keberhasilan Yusfuadi dan Husaini menunjukkan bahwa dengan perencanaan yang matang dan strategi pemasaran yang tepat, budidaya timun suri dapat menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi petani di Aceh Besar. Pemerintah daerah pun dapat berperan dalam memberikan dukungan dan pelatihan bagi petani untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas timun suri.
Ke depan, pengembangan teknologi pertanian dan diversifikasi pemasaran dapat meningkatkan daya saing timun suri Aceh di pasar yang lebih luas. Dengan demikian, budidaya timun suri tidak hanya menjadi andalan selama Ramadhan, tetapi juga sepanjang tahun.
Suksesnya para petani timun suri ini menjadi bukti nyata bahwa potensi pertanian lokal dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian masyarakat. Dengan dukungan dan pengembangan yang berkelanjutan, sektor pertanian di Aceh Besar dapat semakin maju dan mensejahterakan masyarakatnya.