Pilu, Ibu di NTB Bawa Pulang Jenazah Bayinya Naik Taksi Online karena Biaya Ambulans Terlalu Mahal
Yuliana, ibu muda di NTB, terpaksa menggunakan taksi online untuk membawa pulang jenazah bayinya yang meninggal dunia karena tak mampu membayar biaya ambulans yang mencapai jutaan rupiah.

Sebuah kisah pilu datang dari Nusa Tenggara Barat (NTB). Yuliana (20), seorang ibu muda asal Kabupaten Sumbawa Barat, harus mengalami kepedihan mendalam setelah bayinya meninggal dunia. Keadaan semakin menyayat hati ketika ia dan ibunya, Hadiatullah (53), terpaksa membawa pulang jenazah bayi tersebut menggunakan mobil transportasi online. Kejadian ini terjadi karena keterbatasan ekonomi yang membuat mereka tak mampu membayar biaya ambulans yang mencapai jutaan rupiah.
Peristiwa ini terungkap pada Minggu, 6 April 2024, ketika Yuliana dan ibunya tiba di Pelabuhan Kayangan, Lombok. Petugas Polsek Kayangan menemukan mereka saat hendak menaiki kapal penyeberangan menuju Poto Tano. Bayi tersebut, yang meninggal dunia setelah lahir prematur, digendong oleh sang nenek di dalam mobil taksi online. AKP Nicolas Oesman, Kasi Humas Polres Lombok Timur, membenarkan kejadian tersebut. "Memang betul ada kejadian itu," ujarnya.
Petugas Polsek Kayangan kemudian berinisiatif membantu Yuliana dan ibunya. Mereka mengantarkan jenazah bayi tersebut ke Puskesmas Labuhan Lombok untuk selanjutnya dipindahkan ke ambulans dan dibawa pulang ke Sumbawa Barat. Kisah ini menyoroti permasalahan aksesibilitas layanan kesehatan dan kesulitan ekonomi yang dihadapi sebagian masyarakat Indonesia.
Jenazah Bayi Dibawa Naik Taksi Online: Kronologi Peristiwa
Kronologi peristiwa bermula pada Jumat, 4 April 2024, ketika bayi Yuliana dirujuk dari Puskesmas Seteluk ke RSUP NTB karena lahir prematur. Setelah mendapat perawatan dan melahirkan pada Minggu dini hari, bayi malang tersebut meninggal dunia. Keluarga kemudian meminta izin kepada pihak RSUP NTB untuk membawa pulang jenazah bayi untuk dimakamkan di Sumbawa.
Namun, pihak RSUP NTB menetapkan biaya transportasi jenazah sebesar Rp2,6 juta. Jumlah tersebut terlalu besar bagi Yuliana dan keluarganya yang kekurangan dana. Sebagai jalan keluar, mereka memilih menggunakan jasa transportasi online dengan biaya yang jauh lebih terjangkau, yakni Rp407 ribu. Keputusan ini terpaksa diambil meskipun menyalahi prosedur dan menimbulkan risiko.
Sekitar pukul 16.10 WITA, saat petugas memeriksa kendaraan yang akan masuk kapal penyeberangan di Pelabuhan Kayangan, mereka menemukan jenazah bayi tersebut. Setelah mendengar penjelasan dari keluarga, petugas Polsek Kayangan langsung membantu memfasilitasi pemulangan jenazah dengan ambulans Puskesmas Labuhan Lombok. Pihak kepolisian juga berkoordinasi dengan RSUP NTB terkait permasalahan ini.
Biaya Ambulans yang Tinggi Menjadi Kendala Utama
Peristiwa ini menyoroti permasalahan biaya ambulans yang tinggi di Indonesia. Biaya sebesar Rp2,6 juta untuk transportasi jenazah jelas memberatkan keluarga yang kurang mampu. Hal ini menunjukkan pentingnya pemerintah dan pihak terkait untuk mencari solusi agar layanan ambulans lebih terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
Kejadian ini juga menjadi pengingat betapa pentingnya aksesibilitas layanan kesehatan yang memadai dan terjangkau bagi semua orang, terutama bagi mereka yang berada di daerah terpencil. Pemerintah perlu memperhatikan kesenjangan ekonomi dan geografis yang dapat menghambat akses terhadap layanan kesehatan yang layak.
Sampai berita ini diturunkan, pihak RSUP NTB belum memberikan konfirmasi terkait permasalahan biaya ambulans tersebut. Peristiwa ini diharapkan dapat menjadi perhatian serius bagi semua pihak agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Semoga kisah ini dapat menyadarkan kita semua akan pentingnya empati dan kepedulian terhadap sesama, terutama mereka yang sedang mengalami kesulitan. Dukungan dan bantuan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk meringankan beban keluarga yang berduka.