Polda Papua Barat Tangkap 22 Penambang Emas Ilegal
Polda Papua Barat berhasil mengamankan 22 penambang emas ilegal di Manokwari dan Pegunungan Arfak, Papua Barat, selama Operasi Peti Mansinam 2024, dengan barang bukti berupa ekskavator dan alat berat lainnya.

Manokwari, 17 Februari 2025 - Kepolisian Daerah (Polda) Papua Barat berhasil mengamankan 22 penambang emas ilegal dalam Operasi Peti Mansinam 2024. Penangkapan dilakukan di dua lokasi berbeda, yakni Distrik Masni, Kabupaten Manokwari, dan Distrik Hing, Kabupaten Pegunungan Arfak.
Kabid Humas Polda Papua Barat, Kombes Pol. Ongky Isgunawan, mengumumkan penangkapan tersebut pada Senin, 17 Februari 2025 di Manokwari. Ia menjelaskan operasi selama dua pekan terakhir membuahkan hasil signifikan dalam memberantas aktivitas penambangan ilegal yang merusak lingkungan.
Penangkapan di Manokwari
Di Distrik Masni, Kabupaten Manokwari, sembilan penambang diamankan pada 7 Februari 2025. Mereka berinisial IA, YI, SS, AN, AS, NP, AR, WH, dan LOM. Penangkapan berawal dari informasi intelijen mengenai aktivitas penambangan emas tanpa izin di wilayah Pasir Awi. Tim Operasi Peti Mansinam 2024 menemukan lokasi penambangan yang menggunakan alat berat seperti ekskavator dan peralatan pendukung lainnya.
Penambangan ilegal ini telah beroperasi selama kurang lebih tiga minggu sebelum akhirnya terungkap. Polisi langsung bergerak cepat mengamankan para pelaku dan barang bukti.
Penggerebekan di Pegunungan Arfak
Setelah penangkapan di Manokwari, pengembangan penyelidikan mengarah ke Kampung Hing, Kabupaten Pegunungan Arfak. Pada 13 Februari 2025, sekitar pukul 05.30 WIT, 13 penambang lainnya berhasil diamankan. Mereka berinisial MS, AM, LI, MT, YM, OF, DE, DT, HS, AT, RW, RS, dan SU. Sama seperti di Manokwari, penambangan di lokasi ini juga menggunakan alat berat.
Petugas mengamankan berbagai barang bukti, termasuk ekskavator, mesin pompa alkon, selang, dan material yang bercampur pasir. Semua barang bukti tersebut kini telah diamankan sebagai bukti kuat atas kejahatan lingkungan yang dilakukan para penambang ilegal.
Proses Hukum dan Sanksi
Ke-22 penambang ilegal tersebut kini ditahan di sel tahanan Polda Papua Barat. Mereka akan dijerat dengan Pasal 89 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Pasal tersebut mengatur hukuman pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun, serta denda Rp5 miliar. Para penambang juga dapat dijerat dengan Pasal 158 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, dengan ancaman pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda Rp100 miliar.
Polda Papua Barat berkomitmen untuk terus mengembangkan kasus ini dan menindak tegas segala bentuk aktivitas penambangan ilegal yang mengancam kelestarian lingkungan di Papua Barat. Operasi Peti Mansinam 2024 akan terus berlanjut untuk memastikan wilayah Papua Barat bebas dari praktik penambangan ilegal yang merugikan negara dan merusak lingkungan.
Pihak kepolisian menghimbau kepada masyarakat untuk turut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan dan melaporkan segala bentuk aktivitas ilegal yang merugikan lingkungan dan negara. Kerjasama masyarakat sangat penting dalam memberantas penambangan emas ilegal di Papua Barat.