Polresta Mataram Ungkap Kasus Pembuangan Bayi: Terungkap Persetubuhan Anak
Polisi Mataram mengungkap kasus pembuangan bayi yang ternyata berawal dari kasus persetubuhan anak di bawah umur yang dilakukan oleh IMJA terhadap ER, kini keduanya telah ditetapkan sebagai tersangka.

Polresta Mataram berhasil mengungkap kasus pembuangan jasad bayi di Sungai Ancar, Nusa Tenggara Barat, yang ternyata terkait dengan dugaan persetubuhan anak. Penyelidikan berawal dari penemuan jasad bayi tersebut pada Minggu, 12 Januari 2024.
Kasatreskrim Polresta Mataram, AKP Regi Halili, menjelaskan bahwa tersangka pembuangan bayi, ER (siswi SMA kelas 10), mengaku dihamili oleh IMJA (juga siswi SMA kelas 10). Dari keterangan ER dan saksi, IMJA ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan persetubuhan anak, melanggar Pasal 81 ayat (1) juncto Pasal 76 D UU RI Nomor 35 Tahun 2014.
Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan IMJA melakukan persetubuhan terhadap ER sekitar pertengahan tahun 2024 di indekos temannya. Aiptu Sri Rahayu dari Subnit PPA Satreskrim Polresta Mataram menjelaskan IMJA, yang saat itu dalam pengaruh alkohol, memaksa ER untuk melakukan hubungan seksual.
Setelah kejadian, ER meminta pertanggungjawaban IMJA, namun ditolak. Kehamilan ER baru diketahui lima bulan kemudian. Karena tidak menunjukkan gejala kehamilan yang khas, ER tetap bersekolah hingga akhirnya melahirkan di kamar mandi rumahnya pada Sabtu malam, 11 Januari 2024.
Dalam kondisi panik setelah melahirkan, ER meremas leher bayinya hingga meninggal. Ia kemudian memasukkan jasad bayi ke dalam tas sekolah dan menyimpannya di lemari. Keesokan harinya, ia membuang jasad bayi tersebut di Sungai Ancar.
Orang tua ER tidak menyadari kejadian tersebut. Setelah ditemukannya jasad bayi dan diketahui identitas ER dari fotokopi KTP ayahnya, polisi menetapkan ER sebagai tersangka atas kasus pembuangan bayi, berdasarkan Pasal 341 KUHP. Sementara itu, IMJA, karena berstatus anak, ditahan di panti sosial Sentra Paramita Mataram.
Kasus ini menyoroti pentingnya perlindungan anak dan penegakan hukum terhadap kejahatan seksual terhadap anak. Polisi mengapresiasi kerja sama berbagai pihak dalam mengungkap kasus ini dan berharap kasus serupa dapat dicegah.