Populasi Kerbau di Padang Pariaman Menurun: Tantangan Reproduksi dan Permintaan Tinggi
Populasi kerbau di Padang Pariaman terus menurun setiap tahunnya, disebabkan oleh reproduksi yang lambat dan tingginya permintaan daging kerbau saat Lebaran, sehingga pemerintah setempat berupaya meningkatkan populasi melalui inseminasi buatan.

Populasi kerbau di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Penurunan ini menjadi perhatian serius pemerintah daerah, mengingat populasi yang pada tahun 2007 mencapai 17.800 ekor, kini (2024) hanya tersisa 11.277 ekor. Angka ini menunjukkan penurunan 156 ekor dibandingkan tahun 2023, di mana populasinya tercatat 11.121 ekor. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan: apa penyebabnya dan bagaimana solusinya?
Faktor Penurunan Populasi Kerbau
Menurut Pelaksana Tugas Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Padang Pariaman, Zulkhailisman, penurunan populasi ini disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, reproduksi kerbau yang relatif lambat. Masa bunting kerbau mencapai satu tahun, dan birahinya sulit dideteksi. Hal ini menyulitkan peternak dalam mengawinkan kerbau betina.
Kedua, tingginya permintaan daging kerbau, terutama saat Hari Raya Lebaran. Pasar tradisional dan pasar ternak dadakan di Padang Pariaman dibanjiri daging kerbau karena banyak warga yang lebih menyukai tekstur daging kerbau dibandingkan daging sapi. Akibatnya, banyak kerbau dipotong, sehingga populasi semakin berkurang.
Zulkhailisman menambahkan, kendala lain yang dihadapi peternak adalah kesulitan mendapatkan kerbau jantan untuk kawin alami. Banyak pemilik kerbau jantan enggan meminjamkan hewan ternaknya untuk dikawinkan.
Upaya Pemerintah Padang Pariaman
Untuk mengatasi permasalahan ini, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Padang Pariaman telah berupaya meningkatkan populasi kerbau melalui program inseminasi buatan (IB). Sebanyak 28 petugas IB telah disebar ke seluruh kecamatan di Padang Pariaman untuk membantu peternak melakukan IB pada kerbau betina.
Selain itu, sosialisasi mengenai tanda-tanda birahi pada kerbau juga gencar dilakukan. Tujuannya agar peternak dapat segera mengawinkan kerbau betinanya secara alami jika tanda birahi terlihat. Jika tidak ada kerbau jantan yang tersedia, peternak dapat segera menghubungi petugas IB untuk mendapatkan bantuan.
"Kami telah melakukan sosialisasi terkait tanda kerbau birahi, jika tanda-tanda sudah terlihat maka segera dekatkan kerbau jantan untuk melakukan perkawinan alami. Namun jika tidak ada maka segera hubungi petugas IB," jelas Zulkhailisman.
Kesimpulan
Penurunan populasi kerbau di Padang Pariaman merupakan tantangan yang kompleks. Perpaduan antara reproduksi yang lambat dan tingginya permintaan daging kerbau saat Lebaran menjadi faktor utama. Namun, upaya pemerintah melalui program inseminasi buatan dan sosialisasi diharapkan dapat membantu meningkatkan populasi kerbau di masa mendatang. Keberhasilan program ini bergantung pada kerjasama antara pemerintah dan peternak kerbau di Padang Pariaman.